27 Agustus 2012

PEMANFAATAN SIG UNTUK KEPENTINGAN MILITER


Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang informasi ditandai dengan munculnya sistem komputer yang dapat mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi geografi secara cepat, akurat dan mutakhir, yang dapat disinergikan dengan tahapan kegiatan seperti persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian. Sistem komputer semacam ini dikenal dengan istilah Sistem Informasi Geografi (SIG).
Negara-negara maju telah memanfaatkan sistem ini untuk berbagai keperluan, termasuk untuk keperluan militer. Sedangkan di Indonesia, TNI sampai saat ini masih mengkaji dan mengembangkannya untuk keperluan otomatisasi data personil, teritorial dan simulasi tempur. Dittopad sebagai salah satu Balakpus TNI AD berkepentingan langsung dalam pengkajian dan pengembangan SIG bagi kepentingan militer, khususnya yang berkaitan dengan penyajian informasi geografi, yaitu medan dan cuaca. Di kalangan militer, informasi geografi tersebut bersama-sama dengan informasi intelijen lainnya merupakan hal yang sangat diperlukan bagi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu operasi militer.

Sistem Informasi Geografi (SIG)
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu konfigurasi sistem yang mengorganisir perangkat keras, perangkat lunak, data serta manajemen dan analisis data sehingga diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan sesuai dengan keperluannya. Dari pengertian SIG diatas dapat disimpulkan bahwa SIG terdiri dari lima komponen yakni hardware, software, data, prosedur atau tata cara dan brainware atau sumberdaya manusia (SDM). Kelima komponen ini harus ada dalam setiap kegiatan operasionalisasi SIG.
Selama tiga dasawarsa terakhir, SIG berkembang pesat dan terus dikembangkan oleh negara-negara maju. Dan seiring dengan semakin mudahnyainter face yang dipakai, SIG makin popular. Berbagai sektor kegiatan telah memanfaatkan SIG, seperti sektor transportasi, pertambangan, pendidikan, marketing dan banking, lingkungan hidup, penanganan bencana alam, militer dan sebagainya. Tentunya SIG mempunyai beberapa aspek keunggulan yang menarik yang mendorong banyak orang untuk memanfaatkannya.
Keunggulan Sistem Informasi Geografi (SIG) antara lain :
a. Data disusun secara integral dengan melibatkan data spasial beserta keterangannya (atribut) dimana databasenya dapat dimanipulasi dan diupdate dengan cepat, mudah dan teratur.
b.  Analisa data dapat dilaksanakan secara cepat dan interaktif sehingga memungkinkan adanya elternatif-alternatif pemecahan dalam rangka pengambilan suatu keputusan.
c.   Manajemen data mudah serta penyebaran informasi relatif lebih cepat dan tepat melalui jarring komunikasi digital.
d.   Tersedianya pilihan jenis dan bentuk output grafis, peta dan teks.
e.    Penyimpanan data dasar maupun informasi lebih hemat tempat, kompak, dan lebih aman.

           Disamping aspek keunggulannya, SIG juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain; investasi pada tahap awal pembangunannya sangat besar, pembangunan dan pemeliharaan data dan informasi memerlukan personel yang terlatih, serta ketergantungan yang besar terhadap perkembangan teknologi komputer dan informatika. Sebagai gambaran, investasi awal bagi penyusunan database menghabiskan hampir 85% dari total biaya keseluruhan. Investasi awal ini meliputi pembelian hardware, software, pelatihan SDM serta pengalihan data analog menjadi data digital. Untuk itu, penting dilakukannya cost-benefit analisis dalam rangka implementasi SIG. Umumnya dalam rangka implementasinya, pilihan adopsi SIG dibedakan menjadi dua, yakni turn key sistem (kustomisasi SIG) dan pembangunan sistem sendiri. Pilihan pertama lebih kecil resikonya dan lebih murah biayanya.

Perkembangan SIG
Sejarah perkembangan SIG tidak dapat dilepaskan dari pengembangan Canadian Geographic Information System (CSIG) di era tahun 1960-an yang didesain untuk menangani pengelolaan informasi sumber alam. Dalam waktu yang hampir bersamaan, juga dilakukan hal yang sama di negara bagian Minnesota AS. Kemudian, seiring dengan semakin majunya teknologi komputer yang ditandai dengan kecepatan prosesor yang makin tinggi dan kapasitas memori yang semakin besar, metode dan aplikasi SIG juga berkembang. Berbagai jenis software SIG terus dikembangkan sehingga semakin mudah untuk dioperasionalkan, command line interface (CLI) cenderung digantikan dengan Graphical User Interface (GUI) berbasis windows. Para pengguna SIG, atau bahkan yang baru mengenal SIG tidak lagi harus menghafal dan mengetikkan perintah operasi, tetapi cukup meng-klik icon/gambar.
Dan hingga saat ini, terlihat kecenderungan bahwa teknologi SIG ini terus berkembang. Negara-negara maju kemudian sepakat untuk membuat satu agenda global guna memberi arah perkembangan teknologi ini. Berbagai forum pertemuan dan asosiasi professional SIG dimanfaatkan untuk menyusun standar internasional, sehingga diharapkan data exchange dan interoperability system lebih mudah dilakukan. Impian mewujudkan open GIS telah dicanangkan.
Aplikasi SIG pun telah merambah ke berbagai sektor kegiatan. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda dan negara-negara NATO lainnya, selain untuk keperluan non militer, SIG telah diintegrasikan dengan teknologi militer seperti GPS, wahana satelit, simulasi pesawat tempur dan sistem komunikasi. Sementara di Indonesia pengembangan SIG lebih banyak dilakukan guna kepentingan non militer. Perkembangan aplikasi SIG untuk kepentingan militer di Indonesia baru pada tahap Libang seperti dilakukan oleh Dittopad. Sedangan di kalangan sipil aplikasinya sudah lebih luas dan dilakukan oleh berbagai institusi Pemerintah dan swasta.

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Militer
Di kalangan militer, pemanfaatan SIG guna kepentingan militer telah melahirkan satu disiplin ilmu (kajian baru) dan istilah baru yakni Military Geographic Information (MGI). MGI ini terdiri atas 3 (tiga) sub-komponen, yakni analisa medan (terrain analysis), informasi tentang infrastruktur dan informasi tentang kondisi lingkungan (environment conditions). Ini berarti bahwa, MGI mensyaratkan adanya kemampuan untuk melaksanakan analisa medan secara interaktif serta kemampuan menangani informasi tentang infrastruktur dan kondisi lingkungan dengan bantuan komputer.
Analisa medan diartikan sebagai the process of collecting, analyzing, and storing geographical information on the natural and man-made features of the terrain and its interpretation in combination with other relevant factors to provide information and advice about the effects of the terrain on military operations. Oleh US Army Corps of Engineering obyek analisa medan meliputi bahan/material alam, aliran permukaan, material permukaan tanah serta penumbuhan. Sehingga secara ringkas dapat disimpulkan bahwa MGI adalah suatu sistem informasi yang secara cepat dan tepat dapat digunakan untuk menganalisa dan menyajikan secara visual potensi territorial serta tingkat daya dukung/daya rintang medan, hingga berfungsi sebagai sarana bantu dalam penyusunan alternatif langkah/gerakan serta sebagai sarana pemantauan perkembangan.
Saat ini telah dikembangkan di negara maju beberapa model aplikasi SIG dalam bidang militer. Proses pembuatan model dan pelaksanaan analisis data geografinya memakai software SIG yang telah dikustomisasi. Model-model aplikasinya antara lain; Lindung tembak dan lindung tinjau, dengan software 3D dan analisa tutupan lahan, data digital tinggi medan (DTM) dan data vegetasi dapat digunakan untuk menentukan posisi yang terlindung dari tembakan/tinjauan dan sapuan radar lawan.
Model-model aplikasinya antara lain :
a.   Observasi dan medan tembakan, dengan metode yang sama, dapat pula ditentukan posisi-posisi darimana pasukan kita dapat secara optimal memperoleh kemampuan tinjauan terhadap gerak lawan serta mengasai medan dengan tembakan kita.
b. Rintangan dan jalan pendekat, dengan data rintangan (alam maupun buatan), data mengenai jenis dan kondisi tanah serta data lereng dapat diperoleh bahan bagi penentuan jalan-jalan pendekat ke posisi lawan. Tentu saja criteria yang dikenakan pada parameter yang bersangkutan disesuaikan dengan jenis pasukan yang dikerahkan.
c.   Mobilitas lintas medan, dengan data dan criteria tertentu, dapat pula dikembangkan peta-peta mobilitas lintas medan bagi berbagai jenis kesenjataan.
d.   Tempat pedaratan heli dan penerjunan pasukan, data lereng dapat dikombinasikan dengan data vegetasi, jenis tanah, jaringan jalan dan listrik tegangan tinggi untuk menentukan daerah-daerah pendaratan/penerjunan. Terhadap model ditentukan criteria seperti lereng maksimal yang dapat ditolerir, jenis vegetasi seperti rumput atau perdu, jarak maksimal terhadap jaringan jalan dan sasaran, jarak minimal terhadap lintasan kabel listrik serta ukuran minimal daerah pendaratan/penerjunan.
e.   Visualisasi medan secara 3D, bentang alam dapat ditinjau dari berbagai posisi, sudut dan ketinggian sehingga lebih realistis bagi kepentingan perencanaan dan briefing pasukan.
f.     Deteksi samaran dan dislokasi pasukan, dengan system penginderaan jauh tertentu dapat digunakan untuk membedakan vegetasi asli dengan vegetasi buatan pada samaran instalasi atau system senjata. Begitu juga dengan perobahan posisi lawan dapat dideteksi secara temporal melalui citra penginderaan jauh.
g.  Identifikasi lokasi fasilitas, dengan menerapkan beberapa kriteria tertentu, SIG dapat digunakan untuk menentukan lokasi fasilitas (mako, barak pasukan, dsb.) yang tepat dan sesuai.
Sebagai gambaran konkret, berikut adalah tahapan-tahapan pekerjaan penyusunan SIG pada umumnya dan beberapa contoh model aplikasi sederhana yang telah dilakukan oleh Dittopad. Model-model aplikasi ini masih terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan kelengkapan basis data serta software yang dipakai.
a.       Tahap perolehan/akuisisi data dasar dan pembentukan basis data
1)      Penentuan wilayah dan model basis data yang akan dibentuk
2)      Pengambilan data : teristrial, airborne dan spaceborne.
3)      Pengalihan data analog menjadi data digital.
4)      Penyusunan basis data spasial (topology building).
5)      Pemeliharaan basis data berupa koreksi, pembaharuan dan updating.
6)      Pembuatan basis data atribut.
7)      Penyimpanan basis data.
b.      Tahap penentuan model analisa
1)      Penentuan kriteria dari informasi yang diinginkan
2)      Penentuan parameter yang berpengaruh
3)      Penyamaan format dari masing-masing parameter
4)      Penentuan bobot dari masing-masing parameter
5)      Penentuan model analisa (Boolean, Overlay, Buffering, Tracing path, dan sebagainya)
c.       Tahap pengakhiran
1)      Penyusunan produk akhir laporan dan lay out peta
2)      Penyimpanan produk akhir (soft copy dan hard copy).
3)      Penyebaran produk SIG melalui berbagai media.

Model aplikasi yang telah dilakukan antara lain;
a.   Penentuan daerah rawan sosial, proses penentuan daerah rawan sosial sesungguhnya hal yang tidak sederhanan, karena melibatkan parameter sosial-ekonomi yang sulit dikuantitatifkan, namun dapat dilakukan melalui pendekatan parameter jumlah penduduk, kepadatan penduduk menurut agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan serta penggunaan lahan dan jaringan jalan serta fasilitas umum.
b.  Penentuan lokasi/ daerah pendaratan pasukan amfibi, proses penentuannya juga melalui pendekatan sederhana mengingat jenis dan tingkat kedetailan basis data yang ada. Parameter yang digunakan antara lain tingkat kedalaman laut/ bathymetri, kontur daerah pantai pendaratan, jalan pendekat, rintangan medan, penggunaan lahan dan jarak dari pemukiman.
c.   Penentuan lokasi/daerah penerjunan pasukan Linud, begitu juga dengan penentuan daerah atau lokasi penerjunan pasukan Linud merupakan hal yang spesifik, namun dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut; tutupan lahan, bentuk morfologi, kekerasan tanah, kemiringan lereng dan jalan pendekat, dan daerah pemukiman.



0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...