03 Desember 2012

KONSEP MANAJEMEN MUTU TERPADU (MMT/TQM) DALAM PENDIDIKAN


     MMT sangat populer di instansi profit khususnya di badan usaha dan industry yang telah membuktikan keberhasilannya dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensinya masing-masing dalam kondisi yang kompetitif. Kondisi inilah yang mendorong instansi nonprofit untuk mempraktikkannya termasuk di bidang pendidikan. Menurut Bounds seperti yang dikutip oleh Mulyadi (2008) bahwa Manajemen Mutu Terpadu adalah suatu sistem manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan customer pada biaya sesungguhnya yang secara berkelanjutan terus menerus. MMT merupakan pendekatan sistem secara menyeluruh dan bagian terpadu strategi tingkat tinggi. Sistem ini bekerja secara horisontal menembus fungsi dan departemen, melibatkan karyawan dari atas sampai bawah, meluas, dan mencakup mata rantai pemasok dan customer. Menurut Hadari Nawawi, MMT adalah manajemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan kepada peningkatan kualitas agar produknya sesuai standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum dan pembangunan masyarakat. Pengertian lain dikemukakan oleh Santoso sebagaimana dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2007:3) bahwa “TQM merupakan system manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.” Selain itu mereka juga menyatakan pendapat bahwa TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atau produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Berdasarkan pengertian di atas, Hadari Nawawi (2006) mengemukakan tentang karakteristik TQM sebagai berikut:
1.   Fokus pada pelanggan
2.   Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
3.   Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan
4.   Memiliki komitmen jangka panjang
Empat belas butir pemikiran tentang peningkatan mutu suatu organisasi yang diusulkan Deming diharapkan dapat diterapkan dalam upaya peningkatan mutu manajemen pendidikan di Indonesia. Dari keempat belas butir pemikiran Deming tersebut, unsur kepemimpinan merupakan unsur utama. Dalam bidang pendidikan kehadiran Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) telah memberikan angin segar yang menjanjikan, karena pada tataran teoritis, MBS memberikan kewenangan kepada sekolah untuk melahirkan berbagai kebijakan dan keputusan perbaikan menyangkut kepentingan kemajuan sekolah itu sendiri.
Namun setelah ditelusuri, ternyata sekolah belum mampu menempatkan diri sebagai organisasi sosial modern yang berorientasi peningkatan mutu, sehingga pelaksanaan dan pengembangan program terasa tergesa-gesa dan berimplikasi pada kesenjangan pemahaman tentang manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah antara lembaga sekolah dan policy department (inovator). Sebagai contoh, kepala sekolah sebagai pemimpin ternyata belum mampu memahami dan apalagi mentransfer konsep Manajemen Berbasis Sekolah kepada guru-guru dan karyawan lainnya. Pemahaman dan pelaksanaannya hanya dilakukan sebatas program yang diajukan dalam proposal. Padahal peran kepemimpinan sangat menentukan maju mundurnya suatu organisasi dalam mencapai manajemen kualitas.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...