21 April 2013

BENTENG INDRAPATRA, SEJARAH YANG TERLUPAKAN

BENTENG merupakan situs sejarah yang mempunyai cerita tersendiri. Di belakangnya ada kisah perlawanan, pemberontakan, dan heroisme orang-orang di zamannya. Demikian juga dengan Benteng Indra Patra yang terletak di Kecamatan Masjid Raya, sekitar 19 km dari Banda Aceh, menuju Pelabuhan Krueng Raya. Benteng ini masih tetap berdiri kokoh meski telah dihantam tsunami.

Sebagai sebuah situs bersejarah, Benteng Indra Patra perlu dijaga. Dari segi fisik, secara alami bangunan akan mengalami kerusakan digerus alam. Hujan, panas, Dinding mengelupas, batu pondasi berjatuhan satu persatu. Lama kelamaan bentuk aslinya tidak kelihatan lagi.

Dilihat Dari sisi sejarah, kisah-kisah seputar keberadaan benteng perlahan-lahan akan dilupakan orang. Bahkan orang-orang yang tinggal sekitar benteng pun belum tentu tahu asal muasal dinding besar di hadapan rumah mereka.
 
Benteng Indrapatra ini dibangun pada masa kerajaan Lamuri, yaitu sebuah kerajaan hindu pertama di Aceh. Tepatnya pada abad ke tujuh masehi. Benteng ini dibangun pada posisi yang sangat strategis karena berhadapan langsung dengan selat malaka. Disebabkan karena alasan keamanan serta pertahanan kerajaan tersebut.

Saat itu benteng Indrapatra ini dibangun dengan tujuan untuk membentengi serangan masyarakat Lamuri dari gempuran meriam-meriam yang berasal dari kapal- kapal perang Portugis. Di samping itu, benteng ini juga dipakai sebagai tempat beribadah umat Hindu yang berada di Aceh saat itu.

Peranan dan fungsi dari benteng Indrapatra berlangsung hingga masa islam tiba di Aceh. Pada masa kerajaan Sultan Iskandar Muda dengan laksamananya yang sangat dikenal dan segani yaitu Laksamana Malahayati (laksamana Wanita pertama Di dunia) benteng ini dipergunakan sebagai benteng pertahanan bagi kerajaan Aceh Darusssalam dari serangan musuh yang berasal dari laut.

Hingga saat ini hanya tertinggal dua benteng yang masih berdiri kokoh. Benteng utamanya berukuran 70 x 70m, ketinggiannya mencapai 4 meter, serta ketebalan dinding sampai 2 meter. Benteng indapatra memiliki arsitektur yang unik, terbuat dari beton kapur ( susunan berasal dari batu gunug, sebagai perekat berasal dari campuran kapur, tanah liat, dan alusan kulit kerang, serta alat perekat lainnya.

Dalam benteng utama terdapat dua buah “stupa” atau bangunan yang menyerupai kubah dimana di dalamnya terdapat sumur sebagai tempat air bersih yang digunakan oleh umat hindu untuk penyucian diri dalam rangka peribadahan. Di samping itu, di dalam benteng juga terdapat bunker sebagai tempat penyimpanan meriam, peluru, dan senjata.

Di setiap sisi dinding benteng terdapat 11 lubang yang digunakan sebagai tempat pengintai musuh. Sebagai masyarakat yang menghargai sejarah sudah selayaknya benteng Indra Patra dirawat dan dilestarikan. Serta agendakan benteng Indapatra sebagai wisata sejarah anda. Karena sejatinya beragam sejarah terdapat di Aceh.

Sumber: AtjehPost
BENTENG merupakan situs sejarah yang mempunyai cerita tersendiri. Di belakangnya ada kisah perlawanan, pemberontakan, dan heroisme orang-orang di zamannya. Demikian juga dengan Benteng Indra Patra yang terletak di Kecamatan Masjid Raya, sekitar 19 km dari Banda Aceh, menuju Pelabuhan Krueng Raya. Benteng ini masih tetap berdiri kokoh meski telah dihantam tsunami.
Sebagai sebuah situs bersejarah, Benteng Indra Patra perlu dijaga. Dari segi fisik, secara alami bangunan akan mengalami kerusakan digerus alam. Hujan, panas, Dinding mengelupas, batu pondasi berjatuhan satu persatu. Lama kelamaan bentuk aslinya tidak kelihatan lagi.

Dilihat Dari sisi sejarah, kisah-kisah seputar keberadaan benteng perlahan-lahan akan dilupakan orang. Bahkan orang-orang yang tinggal sekitar benteng pun belum tentu tahu asal muasal dinding besar di hadapan rumah mereka.

Benteng Indrapatra ini dibangun pada masa kerajaan Lamuri, yaitu sebuah kerajaan hindu pertama di Aceh. Tepatnya pada abad ke tujuh masehi. Benteng ini dibangun pada posisi yang sangat strategis karena berhadapan langsung dengan selat malaka. Disebabkan karena alasan keamanan serta pertahanan kerajaan tersebut.
Saat itu benteng Indrapatra ini dibangun dengan tujuan untuk membentengi serangan masyarakat Lamuri dari gempuran meriam-meriam yang berasal dari kapal- kapal perang Portugis. Di samping itu, benteng ini juga dipakai sebagai tempat beribadah umat Hindu yang berada di Aceh saat itu.
Peranan dan fungsi dari benteng Indrapatra berlangsung hingga masa islam tiba di Aceh. Pada masa kerajaan Sultan Iskandar Muda dengan laksamananya yang sangat dikenal dan segani yaitu Laksamana Malahayati (laksamana Wanita pertama Di dunia) benteng ini dipergunakan sebagai benteng pertahanan bagi kerajaan Aceh Darusssalam dari serangan musuh yang berasal dari laut.
Hingga saat ini hanya tertinggal dua benteng yang masih berdiri kokoh. Benteng utamanya berukuran 70 x 70m, ketinggiannya mencapai 4 meter, serta ketebalan dinding sampai 2 meter. Benteng indapatra memiliki arsitektur yang unik, terbuat dari beton kapur ( susunan berasal dari batu gunug, sebagai perekat berasal dari campuran kapur, tanah liat, dan alusan kulit kerang, serta alat perekat lainnya.
Dalam benteng utama terdapat dua buah “stupa” atau bangunan yang menyerupai kubah dimana di dalamnya terdapat sumur sebagai tempat air bersih yang digunakan oleh umat hindu untuk penyucian diri dalam rangka peribadahan. Di samping itu, di dalam benteng juga terdapat bunker sebagai tempat penyimpanan meriam, peluru, dan senjata.
Di setiap sisi dinding benteng terdapat 11 lubang yang digunakan sebagai tempat pengintai musuh. Sebagai masyarakat yang menghargai sejarah sudah selayaknya benteng Indra Patra dirawat dan dilestarikan. Serta agendakan benteng Indapatra sebagai wisata sejarah anda. Karena sejatinya beragam sejarah terdapat di Aceh.
- See more at: http://atjehpost.com/read/2013/03/04/42377/0/39/Benteng-Indrapatra-sejarah-yang-terlupakan#sthash.kamaZcHB.dpuf
BENTENG merupakan situs sejarah yang mempunyai cerita tersendiri. Di belakangnya ada kisah perlawanan, pemberontakan, dan heroisme orang-orang di zamannya. Demikian juga dengan Benteng Indra Patra yang terletak di Kecamatan Masjid Raya, sekitar 19 km dari Banda Aceh, menuju Pelabuhan Krueng Raya. Benteng ini masih tetap berdiri kokoh meski telah dihantam tsunami.
Sebagai sebuah situs bersejarah, Benteng Indra Patra perlu dijaga. Dari segi fisik, secara alami bangunan akan mengalami kerusakan digerus alam. Hujan, panas, Dinding mengelupas, batu pondasi berjatuhan satu persatu. Lama kelamaan bentuk aslinya tidak kelihatan lagi.

Dilihat Dari sisi sejarah, kisah-kisah seputar keberadaan benteng perlahan-lahan akan dilupakan orang. Bahkan orang-orang yang tinggal sekitar benteng pun belum tentu tahu asal muasal dinding besar di hadapan rumah mereka.

Benteng Indrapatra ini dibangun pada masa kerajaan Lamuri, yaitu sebuah kerajaan hindu pertama di Aceh. Tepatnya pada abad ke tujuh masehi. Benteng ini dibangun pada posisi yang sangat strategis karena berhadapan langsung dengan selat malaka. Disebabkan karena alasan keamanan serta pertahanan kerajaan tersebut.
Saat itu benteng Indrapatra ini dibangun dengan tujuan untuk membentengi serangan masyarakat Lamuri dari gempuran meriam-meriam yang berasal dari kapal- kapal perang Portugis. Di samping itu, benteng ini juga dipakai sebagai tempat beribadah umat Hindu yang berada di Aceh saat itu.
Peranan dan fungsi dari benteng Indrapatra berlangsung hingga masa islam tiba di Aceh. Pada masa kerajaan Sultan Iskandar Muda dengan laksamananya yang sangat dikenal dan segani yaitu Laksamana Malahayati (laksamana Wanita pertama Di dunia) benteng ini dipergunakan sebagai benteng pertahanan bagi kerajaan Aceh Darusssalam dari serangan musuh yang berasal dari laut.
Hingga saat ini hanya tertinggal dua benteng yang masih berdiri kokoh. Benteng utamanya berukuran 70 x 70m, ketinggiannya mencapai 4 meter, serta ketebalan dinding sampai 2 meter. Benteng indapatra memiliki arsitektur yang unik, terbuat dari beton kapur ( susunan berasal dari batu gunug, sebagai perekat berasal dari campuran kapur, tanah liat, dan alusan kulit kerang, serta alat perekat lainnya.
Dalam benteng utama terdapat dua buah “stupa” atau bangunan yang menyerupai kubah dimana di dalamnya terdapat sumur sebagai tempat air bersih yang digunakan oleh umat hindu untuk penyucian diri dalam rangka peribadahan. Di samping itu, di dalam benteng juga terdapat bunker sebagai tempat penyimpanan meriam, peluru, dan senjata.
Di setiap sisi dinding benteng terdapat 11 lubang yang digunakan sebagai tempat pengintai musuh. Sebagai masyarakat yang menghargai sejarah sudah selayaknya benteng Indra Patra dirawat dan dilestarikan. Serta agendakan benteng Indapatra sebagai wisata sejarah anda. Karena sejatinya beragam sejarah terdapat di Aceh.
- See more at: http://atjehpost.com/read/2013/03/04/42377/0/39/Benteng-Indrapatra-sejarah-yang-terlupakan#sthash.kamaZcHB.dpuf
BENTENG merupakan situs sejarah yang mempunyai cerita tersendiri. Di belakangnya ada kisah perlawanan, pemberontakan, dan heroisme orang-orang di zamannya. Demikian juga dengan Benteng Indra Patra yang terletak di Kecamatan Masjid Raya, sekitar 19 km dari Banda Aceh, menuju Pelabuhan Krueng Raya. Benteng ini masih tetap berdiri kokoh meski telah dihantam tsunami.
Sebagai sebuah situs bersejarah, Benteng Indra Patra perlu dijaga. Dari segi fisik, secara alami bangunan akan mengalami kerusakan digerus alam. Hujan, panas, Dinding mengelupas, batu pondasi berjatuhan satu persatu. Lama kelamaan bentuk aslinya tidak kelihatan lagi.

Dilihat Dari sisi sejarah, kisah-kisah seputar keberadaan benteng perlahan-lahan akan dilupakan orang. Bahkan orang-orang yang tinggal sekitar benteng pun belum tentu tahu asal muasal dinding besar di hadapan rumah mereka.

Benteng Indrapatra ini dibangun pada masa kerajaan Lamuri, yaitu sebuah kerajaan hindu pertama di Aceh. Tepatnya pada abad ke tujuh masehi. Benteng ini dibangun pada posisi yang sangat strategis karena berhadapan langsung dengan selat malaka. Disebabkan karena alasan keamanan serta pertahanan kerajaan tersebut.
Saat itu benteng Indrapatra ini dibangun dengan tujuan untuk membentengi serangan masyarakat Lamuri dari gempuran meriam-meriam yang berasal dari kapal- kapal perang Portugis. Di samping itu, benteng ini juga dipakai sebagai tempat beribadah umat Hindu yang berada di Aceh saat itu.
Peranan dan fungsi dari benteng Indrapatra berlangsung hingga masa islam tiba di Aceh. Pada masa kerajaan Sultan Iskandar Muda dengan laksamananya yang sangat dikenal dan segani yaitu Laksamana Malahayati (laksamana Wanita pertama Di dunia) benteng ini dipergunakan sebagai benteng pertahanan bagi kerajaan Aceh Darusssalam dari serangan musuh yang berasal dari laut.
Hingga saat ini hanya tertinggal dua benteng yang masih berdiri kokoh. Benteng utamanya berukuran 70 x 70m, ketinggiannya mencapai 4 meter, serta ketebalan dinding sampai 2 meter. Benteng indapatra memiliki arsitektur yang unik, terbuat dari beton kapur ( susunan berasal dari batu gunug, sebagai perekat berasal dari campuran kapur, tanah liat, dan alusan kulit kerang, serta alat perekat lainnya.
Dalam benteng utama terdapat dua buah “stupa” atau bangunan yang menyerupai kubah dimana di dalamnya terdapat sumur sebagai tempat air bersih yang digunakan oleh umat hindu untuk penyucian diri dalam rangka peribadahan. Di samping itu, di dalam benteng juga terdapat bunker sebagai tempat penyimpanan meriam, peluru, dan senjata.
Di setiap sisi dinding benteng terdapat 11 lubang yang digunakan sebagai tempat pengintai musuh. Sebagai masyarakat yang menghargai sejarah sudah selayaknya benteng Indra Patra dirawat dan dilestarikan. Serta agendakan benteng Indapatra sebagai wisata sejarah anda. Karena sejatinya beragam sejarah terdapat di Aceh.
- See more at: http://atjehpost.com/read/2013/03/04/42377/0/39/Benteng-Indrapatra-sejarah-yang-terlupakan#sthash.kamaZcHB.dpuf
BENTENG merupakan situs sejarah yang mempunyai cerita tersendiri. Di belakangnya ada kisah perlawanan, pemberontakan, dan heroisme orang-orang di zamannya. Demikian juga dengan Benteng Indra Patra yang terletak di Kecamatan Masjid Raya, sekitar 19 km dari Banda Aceh, menuju Pelabuhan Krueng Raya. Benteng ini masih tetap berdiri kokoh meski telah dihantam tsunami.
Sebagai sebuah situs bersejarah, Benteng Indra Patra perlu dijaga. Dari segi fisik, secara alami bangunan akan mengalami kerusakan digerus alam. Hujan, panas, Dinding mengelupas, batu pondasi berjatuhan satu persatu. Lama kelamaan bentuk aslinya tidak kelihatan lagi.

Dilihat Dari sisi sejarah, kisah-kisah seputar keberadaan benteng perlahan-lahan akan dilupakan orang. Bahkan orang-orang yang tinggal sekitar benteng pun belum tentu tahu asal muasal dinding besar di hadapan rumah mereka.

Benteng Indrapatra ini dibangun pada masa kerajaan Lamuri, yaitu sebuah kerajaan hindu pertama di Aceh. Tepatnya pada abad ke tujuh masehi. Benteng ini dibangun pada posisi yang sangat strategis karena berhadapan langsung dengan selat malaka. Disebabkan karena alasan keamanan serta pertahanan kerajaan tersebut.
Saat itu benteng Indrapatra ini dibangun dengan tujuan untuk membentengi serangan masyarakat Lamuri dari gempuran meriam-meriam yang berasal dari kapal- kapal perang Portugis. Di samping itu, benteng ini juga dipakai sebagai tempat beribadah umat Hindu yang berada di Aceh saat itu.
Peranan dan fungsi dari benteng Indrapatra berlangsung hingga masa islam tiba di Aceh. Pada masa kerajaan Sultan Iskandar Muda dengan laksamananya yang sangat dikenal dan segani yaitu Laksamana Malahayati (laksamana Wanita pertama Di dunia) benteng ini dipergunakan sebagai benteng pertahanan bagi kerajaan Aceh Darusssalam dari serangan musuh yang berasal dari laut.
Hingga saat ini hanya tertinggal dua benteng yang masih berdiri kokoh. Benteng utamanya berukuran 70 x 70m, ketinggiannya mencapai 4 meter, serta ketebalan dinding sampai 2 meter. Benteng indapatra memiliki arsitektur yang unik, terbuat dari beton kapur ( susunan berasal dari batu gunug, sebagai perekat berasal dari campuran kapur, tanah liat, dan alusan kulit kerang, serta alat perekat lainnya.
Dalam benteng utama terdapat dua buah “stupa” atau bangunan yang menyerupai kubah dimana di dalamnya terdapat sumur sebagai tempat air bersih yang digunakan oleh umat hindu untuk penyucian diri dalam rangka peribadahan. Di samping itu, di dalam benteng juga terdapat bunker sebagai tempat penyimpanan meriam, peluru, dan senjata.
Di setiap sisi dinding benteng terdapat 11 lubang yang digunakan sebagai tempat pengintai musuh. Sebagai masyarakat yang menghargai sejarah sudah selayaknya benteng Indra Patra dirawat dan dilestarikan. Serta agendakan benteng Indapatra sebagai wisata sejarah anda. Karena sejatinya beragam sejarah terdapat di Aceh.
- See more at: http://atjehpost.com/read/2013/03/04/42377/0/39/Benteng-Indrapatra-sejarah-yang-terlupakan#sthash.kamaZcHB.dpuf
BENTENG merupakan situs sejarah yang mempunyai cerita tersendiri. Di belakangnya ada kisah perlawanan, pemberontakan, dan heroisme orang-orang di zamannya. Demikian juga dengan Benteng Indra Patra yang terletak di Kecamatan Masjid Raya, sekitar 19 km dari Banda Aceh, menuju Pelabuhan Krueng Raya. Benteng ini masih tetap berdiri kokoh meski telah dihantam tsunami.
Sebagai sebuah situs bersejarah, Benteng Indra Patra perlu dijaga. Dari segi fisik, secara alami bangunan akan mengalami kerusakan digerus alam. Hujan, panas, Dinding mengelupas, batu pondasi berjatuhan satu persatu. Lama kelamaan bentuk aslinya tidak kelihatan lagi.

Dilihat Dari sisi sejarah, kisah-kisah seputar keberadaan benteng perlahan-lahan akan dilupakan orang. Bahkan orang-orang yang tinggal sekitar benteng pun belum tentu tahu asal muasal dinding besar di hadapan rumah mereka.

Benteng Indrapatra ini dibangun pada masa kerajaan Lamuri, yaitu sebuah kerajaan hindu pertama di Aceh. Tepatnya pada abad ke tujuh masehi. Benteng ini dibangun pada posisi yang sangat strategis karena berhadapan langsung dengan selat malaka. Disebabkan karena alasan keamanan serta pertahanan kerajaan tersebut.
Saat itu benteng Indrapatra ini dibangun dengan tujuan untuk membentengi serangan masyarakat Lamuri dari gempuran meriam-meriam yang berasal dari kapal- kapal perang Portugis. Di samping itu, benteng ini juga dipakai sebagai tempat beribadah umat Hindu yang berada di Aceh saat itu.
Peranan dan fungsi dari benteng Indrapatra berlangsung hingga masa islam tiba di Aceh. Pada masa kerajaan Sultan Iskandar Muda dengan laksamananya yang sangat dikenal dan segani yaitu Laksamana Malahayati (laksamana Wanita pertama Di dunia) benteng ini dipergunakan sebagai benteng pertahanan bagi kerajaan Aceh Darusssalam dari serangan musuh yang berasal dari laut.
Hingga saat ini hanya tertinggal dua benteng yang masih berdiri kokoh. Benteng utamanya berukuran 70 x 70m, ketinggiannya mencapai 4 meter, serta ketebalan dinding sampai 2 meter. Benteng indapatra memiliki arsitektur yang unik, terbuat dari beton kapur ( susunan berasal dari batu gunug, sebagai perekat berasal dari campuran kapur, tanah liat, dan alusan kulit kerang, serta alat perekat lainnya.
Dalam benteng utama terdapat dua buah “stupa” atau bangunan yang menyerupai kubah dimana di dalamnya terdapat sumur sebagai tempat air bersih yang digunakan oleh umat hindu untuk penyucian diri dalam rangka peribadahan. Di samping itu, di dalam benteng juga terdapat bunker sebagai tempat penyimpanan meriam, peluru, dan senjata.
Di setiap sisi dinding benteng terdapat 11 lubang yang digunakan sebagai tempat pengintai musuh. Sebagai masyarakat yang menghargai sejarah sudah selayaknya benteng Indra Patra dirawat dan dilestarikan. Serta agendakan benteng Indapatra sebagai wisata sejarah anda. Karena sejatinya beragam sejarah terdapat di Aceh.
- See more at: http://atjehpost.com/read/2013/03/04/42377/0/39/Benteng-Indrapatra-sejarah-yang-terlupakan#sthash.kamaZcHB.dpuf

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...