TSUNAMI yang terjadi di Aceh
pada tahun 2004 silam merupakan peristiwa bersejarah paling kelam
sepanjang abad 20. Bencana dahsyat itu telah menewaskan lebih dari
160.000 jiwa. Semua warga Aceh belum bisa melupakan peristiwa besar ini.
Banyak cerita nyata yang terselip bahkan tak bisa diterima logika. Satu
dari sekian banyak cerita nyata itu adalah Masjid Baiturrahim. Keganasan
tsunami tak mampu meluluhlantakkan Masjid yang terletak persis di bibir
pantai Ulee Lheue itu.
Berdiri kokoh di bekas amukan tsunami, Masjid Baiturrahim, Ulee Lheu, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, menyimpan sejarah panjang yang unik dan heroik.
Berdiri kokoh di bekas amukan tsunami, Masjid Baiturrahim, Ulee Lheu, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, menyimpan sejarah panjang yang unik dan heroik.
Azan baru saja berkumandang, pertanda salat segera dimulai di Masjid
Baiturrahim. Warga berbondong-bondong memasuki Rumah Allah untuk salat
berjamaah. Usai salat, sebagian warga melanjutkan dengan beri’tikaf.
Begitulah aktivitas Masjid ini setiap hari.
“Salat lima waktu secara berjamaah selalu kami gelar di sini. Bahkan
pada hari terjadinya tsunami (26 Desember 2004), kami juga menggelar
salat Zuhur berjamaah di sini,” tutur Subhan (31), pengurus Masjid
Baiturrahim.
Masjid Baiturrahim menjadi saksi bisu keajaiban tsunami Aceh tujuh tahun
silam. Saat ombak raksasa menghumbalang, masjid yang hanya terpaut
puluhan meter dari laut itu, tetap tegak berdiri di Ulee Lheu. Sementara
bangunan di sekelilingnya rata dengan tanah.
Ulee Lheu merupakan salah satu kawasan padat di Banda Aceh, dengan
jumlah penduduk mencapai 6.000 jiwa. Saat tsunami menerjang, lebih dari
separuh penduduknya menjadi korban. Empat dusun pun raib usai gelombang
surut.
“Hari itu saya melihat Ulee Lheu antara percaya dan tidak. Seperti dalam
mimpi. Semua rata dengan tanah, satu-satunya bangunan selamat hanya
masjid ini,” kenang Subhan.
Banyak warga menyelamatkan diri dengan menyesaki lantai satu dan dua
masjid ketika tsunami melanda. Maut mengintai, mereka satu-satu diseret
arus ke luar dan hilang ditelan pekatnya air bah. Hanya sembilan orang
yang berhasil naik ke atap selamat.
Menurut korban selamat, ada tiga gelombang tsunami menerjang Masjid
baiturrahim pascagempa berkekuatan 9 skala richter itu. Setiap gelombang
selalu pecah saat menimpa masjid, kemudian bergulung-gulung melumat
bangunan-bangunan yang ada di sekelilingnya. Tinggi gelombang mencapai
atap masjid atau lebih dari 10 meter.
“Kondisi air dalam masjid saat itu begitu tenang, orang bisa berenang
antara tiang ini ke tiang itu, sementara di luar bergulung-gulung sangat
ganas,” ujar Subhan.
Ketika gelombang surut, cerita dia, masjid bersih dari jenazah manusia.
Kecuali hanya jasad seorang perempuan tua yang ditemukan di pojok
bangunan. Alquran berserakan di lantai dalam kondisi terbuka dan utuh di
dalam masjid, tak ada yang dibawa arus.
Sementara beberapa bangunan masjid, samping dan belakang, rusak sekira
20 persen. Meski bagunannya tanpa rangka besi atau tulang penyangga,
masjid ini tetap berdiri utuh di tengah “ladang pembantaian”.
Orang-orang menilai, Allah telah memperlihatkan kuasanya di Masjid
Baiturrahim. Subhanallah...
Sumber: ACW