Kini kita semua tahu bahwa pemerintah tengah menggalakkan pendidikan
karakter dalam membangun generasi emas bangsa. Para guru dibekali dengan
pelatihan-pelatihan mendidik dengan konsep pendidikan karakter, dan
merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Para
tenaga didik pun berbondong-bondong mengikuti pelatihan tersebut dengan
harapan kelak mampu menjadi tenaga didik profesional yang mampu
membangun karakter anak didiknya.
Namun apakah sistem pendidikan berkarakter yang kini tengah
digalakkan merupakan metode terbaik dalam memperbaiki dan mampun menjaga
moral Bangsa yang kian hari kian merosot. Apakah melalui pendidikan
karakter ini kita mampu menciptakan generasi emas bangsa untuk membangun
Negara Indonesia menjadi lebih baik melalui karakter yang telah di
munculkan?
Tidak ada yang berani menjamin hal tersebut. Pendidikan karekter kini
memang sedang dijalankan, namun apakah pendidikan karakter itu telah
diterapkan dengan baik? penulis rasa belum. Barangkali masih banyak
tenaga didik yang belum menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan
karakter mestinya bukan hanya bersifat lips Service. Namun harus ditunjukkan secara real kepada peserta didik.
Dalam hal ini, pendidikan karakter ala Rasullullah lah yang terbaik,
Beliau sebagai Tuntunan tak hanya mampu memberikan pelajaran atau
pemahaman tentang bagaimana beribadah dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Namun juga menjadi uswatun hasanah bagi setiap pengikutnya. Bisa
diambil dari sepenggal kisah Baginda Rasulullah ketika Perang Badar
tengah berkecamuk, saat itu pasukan Rasulullah berjumlah 300 orang.
Sementara unta yang ada hanya 100 ekor, sehingga 1 ekor unta harus
digunakan bertiga. Baginda Rasululllah Muhammad SAW yang saat itu adalah
seorang pemimpin, mau berganti dengan 2 sahabat lainnya. Kadang Nabi
Muhammad Saw diatas unta, kadang di bawah untuk menuntun unta. Nabi
Muhammad SAW bukan hanya membimbing, tapi juga memberi contoh atas apa
yang ia sampaikan.
Baginda Rasullulah SAW memberikan contoh kepribadian yang baik semasa
hidupnya untuk para sahabat dan pengikutnya sehingga para sahabat paham
betul seperti apa sifat atau karakter yang harus diterapkan dalam
kehidupan ini. Hingga mau tidak mau para sahabat pun berkelakuan nyaris
layaknya Rasullulah, sebab ia telah memberikan pendidikan karakter yang
langsung menyentuh diri setiap pengikutnya. Sejatinya, pendidikan
karakter haruslah dicontohkan oleh tenaga didik kepada peserta didik
untuk kemudian diterapkan secara bersama-sama di kehidupan sehari-hari.
Hal ini pula lah yang perlu diterapkan oleh para tenaga didik atau
guru dalam membangun karakter anak didik mereka. Tidak mungkin seorang
guru meminta anak didiknya untuk disiplin sementara ia selalu terlambat
datang ke sekolah, atau tidak mungkin pula seorang guru melarang
siswanya merokok sementara ia sendiri merokok di dalam kelas (apalagi
sampai meminjam korek api dari siswanya).
Nilai Pendidikan Karakter
Ada 18 Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang
diintegrasikan pada setiap Kompetensi Dasar diantaranya, Religius,
Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis,
Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai
Prestasi, Bersahabat/Komuniktif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli
Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung-jawab.
Dan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berkarakter paling tidak harus ada 5 (lima) nilai karakter yang tertera,
guna diterapkan dalam proses pembelajaran. Maksudnya, dalam setiap
pertemuan paling tidak kita menggali lima nilai karakter yang telah
disebutkan di atas. Namun bagaimana caranya jika sang pendidik sendiri
tidak mencontohkannya dalam kehidupan sehari-harinya.
Dari ke 18 nilai karakter tersebut Rasullullah SAW telah
mencontohkannya dalam kehidupan sehari-hari. Yang pertama Religius,
jelas sekali bahwa beliau merupakan orang yang paling taat ibadahnya,
sebab ia adalah messager Allah yang menyampaikan segala wahyu dari-Nya. Kedua Jujur, sejak kecil kita ditanamkan ilmu bahwa Rasul memiliki sifat Siddik yang
artinya benar atau jujur. Dalam kehidupannya, Rasullulah bukan hanya
jujur dalam perkataannya tapi juga dalam perbuatannya. Hingga khadijah
menjadi begitu terpesona melihat kejujuran beliau. Apalagi karena
kejujurannya dalam berniaga membuat barang niaganya menjadi laris manis,
dan beliau menjadi pedagang yang terkenal. Ketiga, Toleransi, ini yang
sering diperdebatkan bagi orang yang anti islam, orang menganggap bahwa
islam adalah agama bar-bar yang selalu berurusan dengan pedang. Padahal
sejatinya, Rasullulah merupakan orang yang memiliki toleransi. Alkisah
ketika Rasullulah dilempari batu oleh kaum Tsaqif, dan malaikat Jibril datang dan ingin membinasakan kaum Tsaqif tersebut,
namun Rasullulah melarangnya. Ia bersabda ”Jangan! Jangan! Aku berharap
Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan
menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.” Beliau pun
berdoa untuk kaum Tsaqif. “Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka belum mengetahui (kebenaran).” (HR Baihaqi).
Tak hanya itu, ada banyak sekali sifat rasullulah yang patut untuk
kita tiru sebagai bagian dari pendidikan karakter yang ia berikan kepada
umatnya, bukan hanya untuk mereka yang pernah melihat beliau langsung,
tapi hingga sekarang pendidikan karakter yang beliau masih kita rasakan.
Jika ditulis semua artikel ini tidak akan mampu menampungnya.
Pendidikan karakter yang terbaik telah ditujukkan oleh Rasulullah
SAW, untuk itu kita sebagai pendidik pun harus mampu paling tidak
memberikan contoh yang baik kepada murid agar mereka mampu menerapkan
nilai karakter yang baik pula kedepannya. Hingga ketika telah sampai
pada generasi mereka, maka negara ini kan memiliki para pemimpin yang
berkarakter baik.
Sebagai penutup firman Allah tentang keteladanan Nabi Muhammad SAW
yang dijamin-Nya sebagai contoh paling baik untuk kita semua. Allah SWT
berfirman : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah, suri tauladan
yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah. (QS.
33:21).
#Yayasan ALC
0 komentar:
Posting Komentar