Segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam kerangka
peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus didalam pembangunan
pendidian berkualitas. Pendidikan berkualitas merupakan titian kearah
melahirkan insan cerdas dan kompetitif. Insan cerdas dan kompetitf hanya akan
dicapai, jika pendidkan kita dikelola secara baik oleh guru/pendidik yang
memenuhi standar kompetensi dan profesional.
Pemacahan masalah itu sepatutnya berlandaskan kepada suatu pendekatan
yang bersifat ilmiah melalui penelitian atau riset pendidikan yang dilakukan
oleh para guru secra langsung berhadapan dengan masalah-masaalah pembelajaran
di sekolah. Dengan penelitian tindakan kelas akan diperoleh
kemanfaatan berupa perbaiakan praksis, yang meliputi penanggulanagan berbagai
permasalahan belajar yang dialami siswa baik yang diajar oleh guru sebagai
pelaku PTK maupun siswa lain pada umumnya, seperti kesalahan kesalahan konsep
dalam mata pelajaran, kesulitan kesulitan yang dialami para guru termasuk para
guru baru, dan sebagainya. Terlebih-lebih lagi jika perbaikan praksis terseut dapat
terjadi secara berkesinambungan karena cendeung terprakasai ”dari dalam diri sendiri” atau ”an
inquiry of practice from within” bukan karena diintruksikan dari luar.
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan
masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut Suharsimi (2002) bahwa PTK merupakan
paparan gabungan definisi dari tiga kata ”penelitian, tindakan, dan kelas.
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi
peneliti atau orang-orang yang berkepentingan
dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu
gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam
pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode / siklus kegiatan. Sedangkan kelas
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Penelitian tindakan kelas
(PTK) merupakan terjemahan dari Classroom
Action Research yaitu suatu Action
Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas.
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian
kelas. penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru
kelas tersebut, sedang penelitian
kelas dilakukan oleh orang luar. berarti semua orang dapat melakukan
penelitian kelas, sedang penelitian tindakan kelas hanya dilakkan oleh guru kelas tersebut.
dalam penelitian tindakan kelas bisa saja orang luar berperan sebagai peneliti, tetapi perannya
hanyalah sebatas membantu penelitian guru kelas. Di dalam penelitian
tindakan kelas terutama dirasakan oleh guru yang bersangkutan. Permasalahan itu biasanya
timbul akibat kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru tersebut. Hal
itu berbeda dengan penelitian kelas non PTK. di dalam penelitian kelas non PTK masalah justru
dirasakan oleh orang luar, bukan guru yang bersangkutan.
Berdasarkan keterangan diatas,
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa
dapat ditingkatkan.
Tujuan PTK
Adapun yang menjadi tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan perbaikan dan peningkatan layanan
profesional Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat
dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba
secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara
teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain,
guru melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan
refleksi.
2. Melakukan pengembangan keterampilan Guru yang bertolak dari kebutuhan
untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait dengan
pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, (1) kebutuhan
pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan karena ditugaskan oleh kepala
sekolah, (2) proses latihan terjadi secara hand-on
dan mind-on, tidak dalam situasi
artifisial, (3) produknyas adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi
pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan.
3. Menumbuh
kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.
Karakteristik PTK
Beberapa pakar mengemukakan karakteristik penelitian tindakan
kelas sebagai berikut :
1. Didasarkan atas masalah yang dihadapi guru dalam
pembelajaran;
2. Dilakukan secara kolaboratif melalui kerja sama
dengan pihak lain;
3. Peneliti
sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi;
4. Bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan
mutu pembelajaran;
5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah yang
terdiri dari beberapa siklus;
6. Yang diteliti adalah tindakan yang dilakukan,
meliputi efektifitas metode, teknik, atau proses pembelajaran (termasuk
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian);
7. Tindakan yang dilakukan adalah tindakan yang
diberikan oleh guru kepada peserta didik.
Pakar yang lain menyebutkan ada enam karakteristik penelitian
tindakan kelas (Winter: 1996), yaitu :
1. Kritik refleksi, yaitu adanya refleksi yang
bersifat evaluasi pelaksanaan pembelajaran;
2. Kritik dialektis, yaitu adanya pandangan kritis
dan obyektif terhadap kelemahan atau hambatan dalam pelaksanaan;
3. Kolaboratif, yaitu adanya kerjasama dengan pihak
lain untuk mengamati atau sumber data atas masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran;
4. Resiko, berarti peneliti atau guru sendiri harus
berani mengambil resiko bahwa hipotesisnya meleset atau beresiko untuk
melakukan perubahan yang bersifat perbaikan;
5. Susunan jamak, yaitu bersifat reflektif,
dialektis, partisipatif dan kolaboratif; dan
6. Intenalisasi teori dan praktik, artinya teori
dan praktik bukanlah hal yang terpisah, tetapi hanya merupakan satu hal yang
memiliki tahapan berbeda, yang saling bergantung satu sama lain, dengan
demikian pengembangan teori akan berakibat pada praktik demikian juga
pengembangan praktik yang berdampak pada teori.
Prinsip-prinsip PTK
Agar peneliti memperoleh informasi
atau kejelasan tetapi tidak menyalahi kaidah yang ditentukan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang
harus dipenuhi apabila sedang melakukan penelitian tindakan kelas.
Secara umum prinsip-prinsip
tersebut adalah :
1. Tidak
mengganggu komitmen guru sebagai pengajar;
2. Metode
pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan;
3. Metodologi
yang digunakan harus reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta
merumuskan hipotesis secara meyakinkan;
4. Masalah
berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi guru;
5. Dalam
penyelenggaraan penelitian, guru harus memperhatikan etika profesionalitas
guru;
6. Meskipun
yang dilakukan adalah di kelas, tetapi harus dilihat dalam konteks sekolah
secara menyeluruh;
7. Tidak
mengenal populasi dan sampel;
8. Tidak
mengenal kelompok eksperimen dan control; dan
9. Tidak
untuk digeneralisasikan.
Jenis-jenis PTK
Terdapat empat jenis Penelitian
Tindakan Kelas, yaitu :
1. Jenis
Diagnostik, maksudnya
penelitian dilakukan untuk menuntun peneliti ke arah suatu tindakan karena
suatu masalah yang terjadi, misalnya adanya konflik antar siswa di kelas,
adanya pertengkaran di antara siswa dan sejenisnya.
2. Jenis
Partisipan, maksudnya
penelitian dilakukan dengan keterlibatan langsung peneliti dari awal sampai
akhir proses.
3. Jenis
Empirik, maksudnya penelitian
dilakukan dengan cara merencanakan, mencatat pelaksanaan dan mengevaluasi
pelaksanaan dari luar arena kelas, jadi dalam penelitian jenis ini peneliti
harus berkolaborasi dengan guru yang melaksanakan tindakan di kelas.
4. Jenis
Eksperimental, maksudnya
penelitian dilakukan sebagai upaya menerapkan berbagai teknik, metode atau
strategi dalam pembelajaran secara efektif dan efisien.
Model-model PTK
Sebagai salah satu penelitian
yang dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat di dalam
kelas, menyebabkan terdapatnya beberapa model atau design yang dapat
diterapkan. Model-model
tersebut antara lain :
1. Model
Kurt Lewin
PTK pertama kali diperkenalkan
oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt
Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
* Perencanaan (planning),
* Aksi atau tindakan (action),
* Observasi (observing),
dan
* Refleksi (reflecting).
Sementara itu, empat langkah dalam
satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer
dielaborasi lagi menjadi :
* Perencanaan (planning),
* Pelaksanaan (implementing),
dan
* Penilaian (evaluating).
2. Model
Kemmis dan Mc. Taggar
Model yang dikembangkan oleh
Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart tidak terlalu berbeda dengan model Kurt
Lewin. Dikatakan demikian karena di dalam satu siklus atau piutaran terdiri
atas empat komponen seperti yang dilaksanakan Lewin. Keempat komponen tersebut
adalah :
* Perencanaan (planning),
* Tindakan (action)
* Observasi (observation),
dan
* Refleksi (reflection).
Sesudah satu siklus selesai
diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi, diikuti dengan adanya
perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian
seterusnya atau dengan beberapa kali siklus. Kemmis dan Taggart telah melakukan penelitian tindakan kelas,
mengenai proses inkuari pada pelajaran sains. Ia memfokuskan pada strategi
bertanya kepada siswa.
3. Model
John Elliot
Apabila dibandingkan dua model
yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK
Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh
karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu
antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari
beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.
Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya
terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan
aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa
terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh
karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi
pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya
tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan
dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang
berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya.
4. Model
Dave Ebbutt
Sesudah Dave Ebbutt mempelajari
model-model PTK yang dikemukakan para ahli PTK sebelumnya, dia berpendapat
bahwa model-model PTK yang ada seperti yang diperkenalkan oleh John Elliot,
Kemmis dan Mc Taggart, dan sebagainya dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi,
tetapi dalam model-model tersebut masih ada beberapa hal atau bagian yang belum
tepat sehingga masih perlu dibenahi. Pada dasarnya Ebbutt setuju dengan
gagasan-gagasan yang diutarakan oleh Kemmis dan Elliot tetapi tidak setuju
mengenai beberapa interprestasi Elliot mengenai karya Kemmis. Selanjutnya
dikatakan pula olehnya tentang pandangan Ebbutt yang mengatakan bahwa bentuk
spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara baik
untuk menggambarkan proses aksi refleksi (action reflection). Karena Dave Ebbutt merasa tidak puas
dengan adanya model-model PTK yang hadir sebelumnya, kemudian dia
memperkenalkan model PTK yang disusunnya sendiri.
Teknik Pengumpulan Data
Di dalam kegiatan penelitian, cara
memperoleh data ini dikenal sebagai metode pengumpulan data. Metode pengumpulan
data yang lazim dilakukan dalam penelitian tindakan kelas adalah metode
observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan tes, yang kesemuanya merupakan
sebagian dari metode pengumpulan data.
Seringkali orang mengartikan
observasi sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu
dengan mengunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang
disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Apa
yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian
penelitian, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar,
rekaman suara.
Variabel
dan Hipotesis
Beberapa pakar mengatakan bahwa
dalam penelitian tindakan kelas hanya dikenal adanya variabel tunggal, yaitu
variabel tindakan. Namun beberapa pakar lain menyebutkan bahwa terdapat dua
variabel, yaitu variabel tindakan dan variabel masalah, karena tindakan yang
dilakukan adalah untuk memecahkan masalah. Dalam judul penelitian
"Penerapan Metode Proyek untuk Meningkatkan Aktifitas Siswa dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris pada Kelas
XI SMA Negeri 1 Banda Aceh Tahun Ajaran
2012/2013", maka variabel tindakannya
adalah "Penerapan Metode Proyek", sedangkan variabel masalahnya
adalah "Aktifitas Siswa". Beberapa pakar juga menyebutkan bahwa dalam
penelitian tindakan kelas tidak diperlukan adanya hipotesis karena tidak ada
yang harus dibuktikan, tetapi karena penelitian tindakan pada hakekatnya mirip
penelitian eksperimen tanpa kelompok kontrol, maka bisa juga dirumuskan
Hipotesis Tindakan. Sesuai contoh judul di atas maka bunyi Hipotesis Tindakan
adalah : "Penerapan metode proyek dapat meningkatkan aktifitas siswa pada pembelajaran
Bahasa Inggris kelas XI SMA
Negeri 1 Banda Aceh Tahun Ajaran
2012/2013".
Indikator
Keberhasilan
Persyaratan
PTK
Menurut Sulipan, agar memperoleh informasi atau kejelasan
tetapi tidak menyalahi kaidah yang ditentukan, peneliti perlu memahami dan
memenuhi tujuh persyaratan berikut apabila sedang melakukan
penelitian tindakan kelas, sebagai berikut :
1. PTK dilakukan tanpa mengubah situasi yang biasa terjadi.
Jika penelitian dilakukan dalam situasi yang berbeda dari biasanya, maka
hasilnya mungkin berbeda jika dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh
karena itu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus untuk
diamati, jadi harus dibiarkan apa adanya namun yang berbeda adalah adanya
tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
2. PTK yang dilakukan berkaitan dengan tugas peneliti sebagai
guru atau kepala sekolah. Jadi tindakan yang dilakukan merupakan tindakan nyata
yang dilakukan dalam tugasnya sehari-hari dan secara empirik memang terjadi di
lapangan.
3. PTK merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan mutu sesuatu
yang sudah ada dan biasa menjadi lebih baik; atau merupakan sebuah upaya untuk
memecahkan masalah yang terjadi di kelas atau di sekolahnya.
4. PTK dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari
pihak lain, tetapi atas dasar sukarela, karena mengharapkan hasil yang lebih
baik.
5. PTK dilakukan secara sistemik (terencana, terarah, dan
teratur berdasarkan sebuah mekanisme tertentu). Jadi, jika peneliti
mengupayakan cara mengajar yang baru, dia juga harus memikirkan tentang
langkah-langkahnya, bahan ajarnya, sarana pendukung dan hal-hal yang terkait
dengan cara baru tersebut. Jika kepala sekolah akan melakukan upaya manajemen
yang baru maka harus dipersiapkan prosedurnya, kebijakan pendukungnya serta
sosialisasi implementasinya.
6. PTK harus dapat menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan
kepada siswa memang berbeda dari apa yang sudah biasa dilakukan. karena yang
biasa sudah jelas menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena itu guru
melakukan tindakan yang diperkirakan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
7. PTK berpusat pada proses, bukan hanya pada hasil. PTK
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki
atau meningkatkan hasil dengan mengubah cara, metode, pendekatan atau strategi
yang berbeda dari biasanya.
Selain itu, PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat
berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain dukungan
dari berbagai pihak di sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan
kepada guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai
di antara pihak sekolah, dan saling percaya antara guru dengan siswa.
Sasaran PTK
Hal-hal yang dapat diamati
sehubungan dengan setiap unsur pembelajaran tersebut antara lain adalah
sebagaimana disajikan dalam bagian berikut. Sesuai dengan prinsip bahwa ada
tindakan dirancang sebelumnya maka objek penelitian tindakan kelas harus
merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang
sedang diam dan tanpa gerak.
1. Unsur siswa,
dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti
proses pembelajaran di kelas/lapangan/ laboratorium atau bengkel, maupun ketika
sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah di dalam hati, atau ketika mereka
sedang mengikuti kerja bhakti di luar sekolah.
2. Unsur guru,
dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang
membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata., atau ketika guru sedang
mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
3. Unsur materi
pelajaran, dapat dicermati urutan matri tersebut ketika disajikan kepada siswa,
meliputi pengorganisasiannya, cara penyajiannya, atau pengaturannya.
4. Unsur
peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh
siswa secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun
peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas.
5. Unsur hasil
pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang
harus di capai melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian.
Oleh karena hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti
terkait dengan tindakan unsur lain.
6. Unsur
lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi
siswa dirumahnya. Informasi tentang lingkungan ini dikaji bukan untuk dilakukan
camput tangan, tetapi digunakan sebagai pertimbangan dan bahan untuk
pembahasan.
7. Unsur pengelolaan, yang
jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam
bentuk tindakan. Yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara
mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan urutan jadwal,
pengaturan, tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan
milik siswa dan sebagainya.
Persiapan dan
Pelaksanaan PTK
Sebelum melakukan penelitian
tindakan kelas, perjelas lebih dulu latar belakang masalah, rumusan masalah dan
tujuan penelitian. Yang perlu dilakukan adalah adanya kesinkronan antara masal`ah dan tujuan penelitian. Karena
tujuan penelitian adalah memecahkan masalah maka apabila rumusan masalah
berbunyi : "Apakah penerapan metode
pemberian tugas proyek dalam pembelajaran mampu meningkatkan aktifitas siswa
pada pembelajaran Bahasa
Inggris kelas XI SMA Negeri 1
Banda Aceh Tahun Ajaran 2012/2013?", maka
tujuan penelitian yang sesuai adalah :"Untuk mengetahui keberhasilan penerapan
metode pemberian tugas proyek dalam pembelajaran guna meningkatkan aktifitas
siswa pada pembelajaran Bahasa
Inggris kelas XI SMA Negeri 1
Banda Aceh Tahun Ajaran 2012/2013".
Setelah jelas masalah dan
tujuannya maka ditentukan Indikator Keberhasilan penerapan Metode Pemberian
Tugas Proyek, yang selanjutnya juga dibuat Indikator Proses dan Urutan Kegiatan
sesuai tabel kisi-kisi di atas. Urutan kegiatan itulah yang dituangkan dalam
bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Berdasarkan urutan kegiatan tersebut
dapat ditentukan instrumen yang diperlukan yakni berupa lembar pengematan
(untuk mengamati tingkah laku siswa, guru, dan penggunaan sarana pembelajaran).
Apabila dirasakan perlu mengorek keterangan lebih jauh maka dapat disiapkan
pedoman wawancara atau bahkan disiapkan angket bagi siswa sekolah menengah
(bagi siswa SD tentunya tidak cocok bila menggunakan angket).
Setelah instrumen penelitian
disiapkan maka disiapkan segala keperluan yang akan digunakan dalam
pembelajaran, misalnya lembar materi, lembar tes, alat peraga dan sebagainya.
Apabila sudah siap maka dimulailah penerapan tindakan dalam kelas yang diajar
oleh guru. Penerapan tindakan mungkin saja dilakukan dalam beberapa kali tatap
muka. Setiap kali tatap muka maka sekaligus dilakukan pengamatan oleh rekan
mitra kerja atau oleh guru sendiri. Selesai satu tindakan, selanjutnya guru
melakukan refleksi pelaksanaan pembelajaran atas dasar pengamatan yang sudah
dilakukan. Dalam hal ini guru mengkaji isi lembar observasi, hasil tes, catatan
lapangan, atau hasil angket bila ada. Yang perlu diingat adalah, sejauh mana
penerapan tindakan tersebut telah mencapai keberhasilan sebagaimana ditunjukkan
dalam Indikator Keberhasilan dan sejauh mana prosesnya telah sesuai dengan
Indikator Proses yang direncanakan.
Dari hasil refleksi yang berupa
evaluasi pelaksanaan pembelajaran ini maka guru merencanakan tindakan lanjutan
yang berupa perbaikan atas kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan pemberian tindakan yang telah direncanakan. Demikian
seterusnya proses berjalan siklus demi siklus sampai dirasakan bahwa tindakan
yang diterapkan telah berhasil meningkatkan mutu pembelajaran.
Hasil Penelitian
dan Pembahasan PTK
Dalam sebuah laporan penelitian,
maka bagian yang memaparkan tentang hasil penelitian merupakan inti dari
laporan tersebut. Untuk itu dalam penelitian tindakan kelas bagian tersebut
harus menjadi perhatian utama karena sederet apapun latar belakang masalah,
berbaris-baris landasan teori dan uraian metodologi penelitian, tidak akan ada
artinya tanpa paparan hasil penelitian yang kemudian dibahas atau dianalisis
untuk selanjutnya disimpulan, Dalam paparan hasil penelitian, pertama kali
harus diuraikan tentang latar penelitian yang meiputi di mana dan kapan
penelitian dilakukan, sehingga pembaca dibawa ke suasana di mana penelitian
dilakukan. Kalau perlu bagian ini dilengkapi dengan foto sekolah dan kelas di
mana penelitian di lakukan. Kemudian laporkan langkah-langkah demi langkah yang
dilakukan tiap siklus mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
bagaimana pengamatan dilakukan dan hasil refleksi yang telah dilakukan.
Urutan kegiatan sebagaimana telah
dituliskan dalam tabel kisi-kisi indikator proses harus diuraikan sehingga
jelas apa tindakannya dan bagaimana tindakan itu dilakukan. Dengan berdasarkan
refleksi siklus pertama, maka harus jelas pula upaya apa yang dilakukan untuk
memperbaiki tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus ke dua dan seterusnya.
Jadi harus jelas perbedaan urutan kegiatan pada siklus pertama dan kedua
sebagai wujud "perbaikan tindakan pertama", kalau perlu uraikan
keunggulan dari tindakan yang dilakukan pada siklus kedua dibandingkan dengan
tindakan pada siklus pertama.
Laporan PTK
Selanjutnya apabila guru pelaksana
penelitian tindakan kelas sudah merasa puas dengan siklus-siklus itu, tentu
saja langkah berikutnya tidak lain adalah menyusun laporan kegiatannya. Proses
penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal guru sudah
disiplin mencatat apa saja yang sudah ia lakukan.
Membuat karya tulis ilmiah laporan
penelitian sebetulnya akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan menulis
artikel, karena lahan tulisan akan sudah dipenuhi dengan penjelasan tentang
alasan, tujuan, manfaat dan isi penelitian, kemudian cerita tentang tindakan
dengan siklus-siklusnya. Pada akhir tulisan tinggal disampaikan hasil
penelitian, yaitu keberhasilan yang diperoleh dan hambatan atau kesulitan dalam
pelaksanaan, ditutup dengan rekomendasi atau saran.
Sistematika laporan
penelitian tidak jauh berbeda dengan laporan penelitian yang lain. Satu hal
yang sangat dicermati oleh penilai adalah bagaimana siklus dilaksanakan, dan
penjelasan tentang proses yang berlangsung. Kesalahan umum yang terjadi, guru
hanya menyebutkan sangat sedikit tentang tindakan yang dilakukan, dan langsung
menunjukkan data yang dikumpulkan melalui tes. Hasil tes antar siklus
dibandingkan dengan atau tanpa rumus, kemudian
disimpulkan. Dalam penelitian tindakan ini guru tidak diharuskan menonjolkan
analisis data, tetapi seperti sudah dikemukakan di depan, sangat menekankan
proses.
0 komentar:
Posting Komentar