Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang informasi ditandai dengan munculnya sistem
komputer yang dapat mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
informasi geografi secara cepat, akurat dan mutakhir, yang dapat disinergikan dengan tahapan kegiatan seperti persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian. Sistem komputer
semacam ini dikenal dengan istilah Sistem Informasi
Geografi (SIG).
Negara-negara maju telah memanfaatkan sistem ini untuk
berbagai keperluan, termasuk untuk keperluan militer.
Sedangkan di Indonesia, TNI sampai saat ini masih mengkaji
dan mengembangkannya untuk keperluan otomatisasi data personil, teritorial
dan simulasi tempur. Dittopad sebagai salah satu Balakpus TNI AD
berkepentingan langsung dalam pengkajian dan pengembangan
SIG bagi kepentingan militer, khususnya yang berkaitan
dengan penyajian informasi geografi, yaitu medan dan cuaca. Di kalangan militer, informasi geografi tersebut bersama-sama dengan informasi
intelijen lainnya merupakan hal yang sangat diperlukan
bagi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu
operasi militer.
Sistem Informasi Geografi (SIG)
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu konfigurasi
sistem yang mengorganisir perangkat keras, perangkat
lunak, data serta manajemen dan analisis data sehingga
diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan sesuai dengan keperluannya. Dari pengertian SIG diatas dapat disimpulkan bahwa SIG
terdiri dari lima komponen yakni hardware, software,
data, prosedur atau tata cara dan brainware atau sumberdaya
manusia (SDM). Kelima komponen ini harus ada dalam setiap kegiatan operasionalisasi SIG.
Selama tiga dasawarsa terakhir, SIG berkembang pesat dan
terus dikembangkan oleh negara-negara maju. Dan seiring
dengan semakin mudahnyainter face
yang dipakai, SIG makin popular. Berbagai sektor kegiatan
telah memanfaatkan SIG, seperti sektor transportasi,
pertambangan, pendidikan, marketing dan banking, lingkungan hidup, penanganan bencana alam, militer dan sebagainya. Tentunya SIG
mempunyai beberapa aspek keunggulan yang menarik yang
mendorong banyak orang untuk memanfaatkannya.
Keunggulan Sistem Informasi Geografi (SIG) antara lain :
a. Data disusun secara integral dengan
melibatkan data spasial beserta keterangannya (atribut)
dimana databasenya dapat dimanipulasi dan diupdate dengan
cepat, mudah dan teratur.
b. Analisa data dapat dilaksanakan secara
cepat dan interaktif sehingga memungkinkan adanya
elternatif-alternatif pemecahan dalam rangka pengambilan
suatu keputusan.
c. Manajemen data mudah serta penyebaran informasi relatif
lebih cepat dan tepat melalui jarring komunikasi digital.
d. Tersedianya pilihan jenis dan bentuk output grafis,
peta dan teks.
e. Penyimpanan data dasar maupun informasi lebih hemat
tempat, kompak, dan lebih aman.
Disamping aspek keunggulannya, SIG juga
mempunyai beberapa kelemahan antara lain; investasi pada tahap awal pembangunannya sangat besar,
pembangunan dan pemeliharaan data dan informasi
memerlukan personel yang terlatih, serta ketergantungan
yang besar terhadap perkembangan teknologi komputer dan informatika. Sebagai gambaran, investasi awal bagi penyusunan database menghabiskan
hampir 85% dari total biaya keseluruhan. Investasi awal
ini meliputi pembelian hardware, software, pelatihan SDM
serta pengalihan data analog menjadi data digital. Untuk itu, penting dilakukannya cost-benefit analisis dalam rangka implementasi SIG.
Umumnya dalam rangka implementasinya, pilihan adopsi SIG
dibedakan menjadi dua, yakni turn key sistem (kustomisasi SIG) dan pembangunan sistem sendiri. Pilihan pertama lebih kecil resikonya dan lebih murah biayanya.
Perkembangan SIG
Sejarah perkembangan SIG tidak dapat dilepaskan dari
pengembangan Canadian Geographic Information System
(CSIG) di era tahun 1960-an yang didesain untuk menangani
pengelolaan informasi sumber alam. Dalam waktu yang hampir bersamaan, juga dilakukan hal yang sama di negara bagian Minnesota AS. Kemudian,
seiring dengan semakin majunya teknologi komputer yang
ditandai dengan kecepatan prosesor yang makin tinggi dan
kapasitas memori yang semakin besar, metode dan aplikasi SIG juga berkembang. Berbagai jenis software SIG terus dikembangkan sehingga
semakin mudah untuk dioperasionalkan, command line interface (CLI) cenderung
digantikan dengan Graphical User Interface (GUI)
berbasis windows. Para pengguna SIG, atau bahkan yang baru mengenal SIG
tidak lagi harus menghafal dan mengetikkan perintah operasi, tetapi cukup
meng-klik icon/gambar.
Dan hingga saat ini, terlihat kecenderungan bahwa
teknologi SIG ini terus berkembang. Negara-negara maju
kemudian sepakat untuk membuat satu agenda global guna
memberi arah perkembangan teknologi ini. Berbagai forum pertemuan dan asosiasi
professional SIG dimanfaatkan untuk menyusun standar
internasional, sehingga diharapkan
data exchange dan interoperability
system lebih mudah dilakukan. Impian mewujudkan open GIS telah
dicanangkan.
Aplikasi SIG pun telah merambah ke berbagai
sektor kegiatan. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda dan
negara-negara NATO lainnya, selain untuk keperluan non
militer, SIG telah diintegrasikan dengan teknologi militer
seperti GPS, wahana satelit, simulasi pesawat tempur dan sistem komunikasi.
Sementara di Indonesia pengembangan SIG lebih banyak dilakukan guna kepentingan non
militer. Perkembangan aplikasi SIG untuk kepentingan militer di Indonesia baru
pada tahap Libang seperti dilakukan oleh Dittopad.
Sedangan di kalangan sipil aplikasinya sudah lebih luas
dan dilakukan oleh berbagai institusi Pemerintah dan swasta.
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi (SIG)
Untuk Militer
Di kalangan militer, pemanfaatan SIG guna kepentingan
militer telah melahirkan satu disiplin ilmu (kajian baru)
dan istilah baru yakni Military Geographic Information (MGI).
MGI ini terdiri atas 3 (tiga) sub-komponen, yakni analisa medan (terrain analysis), informasi
tentang infrastruktur dan informasi tentang kondisi lingkungan (environment conditions).
Ini berarti bahwa, MGI mensyaratkan adanya kemampuan untuk melaksanakan
analisa medan secara interaktif serta kemampuan menangani informasi tentang
infrastruktur dan kondisi lingkungan dengan bantuan komputer.
Analisa medan diartikan sebagai the process of collecting, analyzing, and storing geographical information on the
natural and man-made features of the terrain and its interpretation in combination with other
relevant factors to provide information and advice about the effects of the terrain on
military operations. Oleh US Army Corps of Engineering obyek analisa medan meliputi bahan/material alam, aliran
permukaan, material permukaan tanah serta penumbuhan.
Sehingga secara ringkas dapat disimpulkan bahwa MGI
adalah suatu sistem informasi yang secara cepat dan tepat dapat digunakan
untuk menganalisa dan menyajikan secara visual potensi
territorial serta tingkat daya dukung/daya rintang medan,
hingga berfungsi sebagai sarana bantu dalam penyusunan alternatif
langkah/gerakan serta sebagai sarana pemantauan perkembangan.
Saat ini telah dikembangkan di negara maju beberapa model
aplikasi SIG dalam bidang militer. Proses pembuatan model
dan pelaksanaan analisis data geografinya memakai
software SIG yang telah dikustomisasi. Model-model aplikasinya antara lain;
Lindung tembak dan lindung tinjau, dengan software 3D dan analisa tutupan
lahan, data digital tinggi medan (DTM) dan data vegetasi dapat
digunakan untuk menentukan posisi yang terlindung dari
tembakan/tinjauan dan sapuan radar lawan.
Model-model aplikasinya antara lain :
a. Observasi dan medan tembakan,
dengan metode yang sama, dapat pula ditentukan posisi-posisi
darimana pasukan kita dapat secara optimal memperoleh kemampuan tinjauan terhadap gerak lawan serta mengasai medan dengan tembakan
kita.
b. Rintangan dan jalan pendekat, dengan
data rintangan (alam maupun buatan), data mengenai jenis
dan kondisi tanah serta data lereng dapat diperoleh bahan bagi penentuan
jalan-jalan pendekat ke posisi lawan. Tentu saja criteria yang
dikenakan pada parameter yang bersangkutan disesuaikan
dengan jenis pasukan yang dikerahkan.
c. Mobilitas lintas medan, dengan data dan criteria
tertentu, dapat pula dikembangkan peta-peta mobilitas lintas medan bagi
berbagai jenis kesenjataan.
d. Tempat pedaratan heli dan penerjunan
pasukan, data lereng dapat dikombinasikan dengan data
vegetasi, jenis tanah, jaringan jalan dan listrik tegangan tinggi untuk menentukan daerah-daerah pendaratan/penerjunan. Terhadap model
ditentukan criteria seperti lereng maksimal yang dapat
ditolerir, jenis vegetasi seperti rumput atau perdu, jarak
maksimal terhadap jaringan jalan dan sasaran, jarak minimal terhadap lintasan
kabel listrik serta ukuran minimal daerah
pendaratan/penerjunan.
e. Visualisasi medan secara 3D, bentang
alam dapat ditinjau dari berbagai posisi, sudut dan
ketinggian sehingga lebih realistis bagi kepentingan perencanaan dan briefing
pasukan.
f. Deteksi samaran dan dislokasi
pasukan, dengan system penginderaan jauh tertentu dapat
digunakan untuk membedakan vegetasi asli dengan vegetasi buatan pada samaran
instalasi atau system senjata. Begitu juga dengan perobahan
posisi lawan dapat dideteksi secara temporal melalui
citra penginderaan jauh.
g. Identifikasi lokasi fasilitas, dengan
menerapkan beberapa kriteria tertentu, SIG dapat
digunakan untuk menentukan lokasi fasilitas (mako, barak pasukan, dsb.) yang
tepat dan sesuai.
Sebagai gambaran konkret, berikut adalah tahapan-tahapan
pekerjaan penyusunan SIG pada umumnya dan beberapa contoh
model aplikasi sederhana yang telah dilakukan oleh
Dittopad. Model-model aplikasi ini masih terus dikembangkan dan disempurnakan
sesuai dengan perkembangan kelengkapan basis data serta software
yang dipakai.
a.
Tahap perolehan/akuisisi data dasar dan pembentukan
basis data
1)
Penentuan wilayah dan model basis data yang akan
dibentuk
2)
Pengambilan data : teristrial, airborne dan spaceborne.
3)
Pengalihan data analog menjadi data digital.
4)
Penyusunan basis data spasial (topology building).
5)
Pemeliharaan basis data berupa koreksi, pembaharuan dan
updating.
6)
Pembuatan basis data atribut.
7)
Penyimpanan basis data.
b.
Tahap penentuan model analisa
1)
Penentuan kriteria dari informasi yang diinginkan
2)
Penentuan parameter yang berpengaruh
3)
Penyamaan format dari masing-masing parameter
4)
Penentuan bobot dari masing-masing parameter
5)
Penentuan model analisa (Boolean, Overlay, Buffering,
Tracing path, dan sebagainya)
c.
Tahap pengakhiran
1)
Penyusunan produk akhir laporan dan lay out peta
2)
Penyimpanan produk akhir (soft copy dan hard copy).
3)
Penyebaran produk SIG melalui berbagai media.
Model aplikasi yang telah dilakukan
antara lain;
a. Penentuan daerah rawan sosial, proses
penentuan daerah rawan sosial sesungguhnya hal yang tidak
sederhanan, karena melibatkan parameter sosial-ekonomi yang
sulit dikuantitatifkan, namun dapat dilakukan melalui pendekatan parameter
jumlah penduduk, kepadatan penduduk menurut agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan serta penggunaan lahan dan jaringan jalan serta
fasilitas umum.
b. Penentuan lokasi/ daerah pendaratan
pasukan amfibi, proses penentuannya juga melalui
pendekatan sederhana mengingat jenis dan tingkat kedetailan basis data yang
ada. Parameter yang digunakan antara lain tingkat
kedalaman laut/ bathymetri, kontur daerah pantai
pendaratan, jalan pendekat, rintangan medan, penggunaan lahan dan jarak dari pemukiman.
c. Penentuan lokasi/daerah penerjunan pasukan
Linud, begitu juga dengan penentuan daerah atau lokasi penerjunan pasukan Linud merupakan hal
yang spesifik, namun dilakukan dengan pendekatan sebagai
berikut; tutupan lahan, bentuk morfologi, kekerasan
tanah, kemiringan lereng dan jalan pendekat, dan daerah pemukiman.
0 komentar:
Posting Komentar