Pembangunan
kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan
berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya
kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Sedangkan kegiatan
pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta
kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau
hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), terutama pertambangan yang
dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di
permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan
digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan
meninggalkan areal bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi
atau reklamasi.
Sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk akan mendorong pula bertambahnya kotoran (pencemar) yang dapat
menimbulkan pencemaran terhadap sumber-sumber air bersih dan sebagai wahana
penyebaran penyakit-penyakit menular. Pencemar pada air dapat berupa pencemar
domestik dan pencemar non domestik. Pencemar domestik berasal dari sampah rumah
tangga (selokan), pasar, perkampungan, jalan, dan lain sebagainya. Untuk
mengatasi hal tersebut di atas, perlu ada upaya-upaya penanggulangan terhadap
pencemaran kota yang berasal dari selokan dengan zat-zat yang aman terhadap
lingkungan (akrab lingkungan). Ini dapat dijadikan pembelajaran tentang
bioremidiasi yang berkaitan dengan peran mikroorganisme yang menguntungkan bagi
manusia.
Definisi Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pembangunan adalah seperangkat
usaha yang terencana dan terarah untuk menghasilkan sesuatu yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Pelaksanaan pembangunan memerlukan modal berupa sumber daya yang
dimiliki dan dapat digunakan dalam proses pembangunan. Sumber daya sebagai
modal pembangunan adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, dan teknologi.
Sumber daya tersebut digunakan sesuai keperluannya sehingga menghasilkan
sesuatu berdasarkan target yang sudah direncanakan sebelumnya. Hasil dari
pembangunan itu dapat menjadi modal bagi pembangunan selanjutnya.
Disadari sepenuhnya bahwa kegiatan
pembangunan apalagi yang bersifat fisik dan berhubungan dengan pemanfaatan
sumber daya alam jelas mengandung resiko terjadinya perubahan ekosistem yang
selanjutnya akan mengakibatkan dampak, baik yang bersifat negatif maupun yang
positif. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan seharusnya
selain berwawasan sosial dan ekonomi juga harus berwawasan lingkungan.
Pembangunan yang berwawasan
lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber
daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan
untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan
dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan
tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
1)
Pengertian
Dampak Terhadap Lingkungan
Suatu
kegiatan proyek akan mempengaruhi kondisi lingkungan dan akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungannya, dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan proyek ini
dapat terjadi pada masa konstruksi maupun masa operasi proyek dan dapat berupa
dampak positif maupun negatif bagi lingkungannya.
2)
Komponen-Komponen
Lingkungan
Diantara
komponen-komponen lingkungan yang penting, adalah
a.
Biologi,
mencakup sub-komponen:
- Jenis flora fauna darat (vegetasi dan satwa)
- Jenis flora fauna perairan (plankton & bentos)
b.
Geofisik,
mencakup sub-komponen:
- Iklim
- Fisiografi
- Hidrologi
c.
Kimia,
mencakup sub-komponen:
- Kualitas
udara
- Kualitas
air
d.
Sosial
Budaya dan Kemasyarakatan, dijabarkan:
- Demografi
industri dan kependudukan
- Sosial
ekonomi
- Sosial
budaya
Ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pembangunan berwawasan lingkungan
adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam
dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan
kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.
Komisi dunia untuk lingkungan dan
pembangunan mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan
generasi mendatang.
Tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu adalah tercapainya standar kesejahteraan hidup manusia dunia akhirat yang layak, cukup sandang, pangan, papan, pendidikan bagi anak-anaknya, kesehatan yang baik, lapangan kerja yang diperlukan, keamanan dan kebebasan berpolitik, kebebasan dari ketakutan dan tindak kekerasan, dan kebebasan untuk menggunakan hak-haknya sebagai warga negara. Taraf kesejahteraan ini diusahakan dicapai dengan menjaga kelestarian lingkungan alam serta tetap tersediannya sumber daya yang diperlukan.
Implementasi pembangunan berwawasan lingkungan adalah dengan reboisasi, menanam seribu pohon dan gerakan bersih lingkungan tampaknya mengalami kendala yang berarti. Artinya, tidak seimbangnya antara yang ditanam dan yang dieksploitasi menjadi salah satu penyebabnya. Peraturan perudang-udangan pun tidak mampu mencegah kerusakan lingkungan ini.
Tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu adalah tercapainya standar kesejahteraan hidup manusia dunia akhirat yang layak, cukup sandang, pangan, papan, pendidikan bagi anak-anaknya, kesehatan yang baik, lapangan kerja yang diperlukan, keamanan dan kebebasan berpolitik, kebebasan dari ketakutan dan tindak kekerasan, dan kebebasan untuk menggunakan hak-haknya sebagai warga negara. Taraf kesejahteraan ini diusahakan dicapai dengan menjaga kelestarian lingkungan alam serta tetap tersediannya sumber daya yang diperlukan.
Implementasi pembangunan berwawasan lingkungan adalah dengan reboisasi, menanam seribu pohon dan gerakan bersih lingkungan tampaknya mengalami kendala yang berarti. Artinya, tidak seimbangnya antara yang ditanam dan yang dieksploitasi menjadi salah satu penyebabnya. Peraturan perudang-udangan pun tidak mampu mencegah kerusakan lingkungan ini.
Pembangunan berwawasan lingkungan
adalah upaya peningkatan kualitas manusia secara bertahap dengan memperhatikan
faktor lingkungan. Ciri – ciri pembangunan berwawasan lingkungan / pembangunan
berkelanjutan antara lain :
1. Menjamin
pemerataan dan keadilan
Strategi pembangunan berkelanjutan
dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi, pemerataan
kesempatan bagi perempuan, dan pemerataan ekonomi untuk peningkatan
kesejahteraan.
2. Menghargai
keanekaragaman hayati
Pemeliharaan keanekaragaman hayati
memiliki kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia dan berlanjut
untuk masa kini dan masa yang akan datang.
3. Menggunakan pendekatan integrative
4. Menggunakan
pendekatan jangka panjang untuk merencanakan pengelolaan dan pemanfaatannya
yang mendukung pembangunan.
Sedangkan Maftuchah Yusuf (2000),
mengemukakan empat hal pokok dalam upaya penyelamatan lingkungan. Diantaranya,
1. Konservasi untuk kelangsungan hidup
bio-fisik.
2. Perdamaian dan keadilan
(pemerataan) untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari dalam hidup bersama.
3. Pembangunan ekonomi yang tepat,
yang memperhitungkan keharusan konservasi bagi kelangsungan hidup biofisik dan
harus adanya perdamaian dan pemerataan (keadilan) dalam melaksanakan hidup
bersama.
4. Demokrasi yang memberikan
kesempatan kepada semua orang untuk turut berpartisipasi dalam melaksanakan
kekuasaan, kebijaksanaan dan pengambilan keputusan dalam meningkatkan mutu
kehidupan bangsa.
Jika hal-hal tersebut di atas
tidak segera ditindaklanjuti dan dilaksanakan dengan segera dengan cara
menangkap, mengadili dan menghukum seberat-beratnya pembalak liar maka tidak
lama lagi bumi akan musnah. Kemusnahan bumi juga berarti kematian bagi penduduk
bumi termasuk di dalamnya manusia.
Penerapan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
A. Hubungan Amdal, Analisis Resiko, Audit Lingkungan, dan
Ekolabel
Pada
saat ini upaya pembangunan perlu melalui suatu analisa dan pengelolaan resiko,
pelengkapan kegiatan dengan audit lingkungan, serta ekolabel. Hal tersebut
bertujuan agar pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup dapat terlaksana dengan
berhasil dan berkesinambungan. Perhatian pada dampak lingkungan dalam
hubungan interaksi antara sumber daya,
produsen, konsumen, perlu dikaitkan dengan perencanaan manajemen lingkungan dan
perencanaan pengawasan lingkungan.
Dalam
pengevaluasian alternatif pembangunan perlu dilalui beberapa tahap penyaringan
sehingga nantinya terpenuhi pilihan yang benar-benar sesuai. Tahap-tahap
penyaringan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penyaringan Teknologi
Pada tahap
ini dilihat apakah suatu alternatif pembangunan secara teknologi memadai.
2. Penyaringan Lingkungan
Setelah
melalui tahap I, alternatif pembangunan tersebut selanjutnya melalui
penyaringan lingkungan, untuk melihat apakah secara lingkungan memadai.
3. Penyaringan Sosial-Ekonomi
Setelah
memadai dari segi teknologi dan lingkungan, selanjutnya melalui penyaringan
sosial-ekonomis, untuk dikaji apakah alternatif tersebut memadai secara
sosial-ekonomi.
Pada setiap tahap tersebut terdapat umpan balik,
sehingga bila suatu alternatif tidak memadai, akan disesuaikan kembali sehingga
dapat memenuhi persyaratannya.
Setelah melalui ketiga tahap tersebut sehingga suatu
alternatif pembangunan layak secara teknologi, lingkungan, dan sosial-ekonomi,
barulah kemudian alternatif tersebut menjadi pilihan untuk dijalankan. Kemampuan
teknologi perlu ditingkatkan dengan mengacu kepada berbagai peluang, satu atau
pun beberapa kombinasi beberapa peluang tersebut:
1.
Penghematan Sumber Daya
Berbagai
sumber daya baik bahan maupun energi berada dalam kegiatan terbatas. Ini
termasuk ruang, lahan, air, mineral, dan sebagainya. Teknologi yang menggunakan
sumber daya yang hemat akan berdampak positif terhadap peningkatan daya dukung.
Dalam kalangan industri dapat diusahakan dengan mengembangkan sistem pertukaran
limbah, karena sesuatu yang merupakan limbah bagi suatu industri mungkin masih
merupakan suatu sumber daya bagi industri lainnya. Demikian pula gagasan untuk
menjadikan kawasan industri sebagai taman industri, sehingga kecuali akan
terjadi kebersihan dan keserasiannya sebagai taman, dapat juga berfungsi
sebagai arena rekreasi. Jadi menghemat sumber daya lahan.
2.
Pemulihan Kembali Sumber Daya
Berbagai
sumber daya yang dapat pulih kembali diutamakan penggunaannya. Berbagai
teknologi telah berkembang memanfaatkan sumber daya hayati yang pulih kembali,
seperti biogas, energi surya, energi angin, kompos limbah organik, dan
sebagainya.
3.
Pemakaian Ulang Bahan
Berbagai
teknologi dikembangkan untuk mengejar efisiensi, kepraktisan, kemudahan, dan
sebagainya seringkali menjadi bumerang dengan pengurasan sumber daya dan limbah
yang yang berlebihan, seperti penggunaan kaleng, kotak, atau plastik.
Penggunaan botol sebagai kemasan minuman merupakan hal lebih bijaksana karena
dapat diperguanakan ulang.
4.
Pendaurulangan Limbah
Upaya
pendaurulangan limbah yang tidak terhindarkan dalam produksi maupun konsumsi
perlu dijadikan pegangan dalam berbagai kebijaksanaan pembangunan industri.
Pendaurulangan ini akan menghemat biaya seperti pendaurulangan air limbah yang
nantinya air hasil pendaurulangan akan dapat dipergunakan ketimbang menggunakan
air baru yang harganya lebih mahal.
5.
Umur Produk
Umur
produk perlu diusahakan untuk diperpanjang dengan teknologi. Ada kecendrungan
bahwa berbagai produksi saat ini berumur makin pendek dibandingkan dengan umur
produk industri di masa lampau. Hal ini terjadi karena teknologi yang
dikembangkan dituntut oleh orientasi ekonomi yang mengejar keuntungan sesaat
lebih daripada memikirkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Misalnya
pipa air yang berumur pendek akan memacu pertumbuhan pabrik pipa air tetapi
akan mencemari lingkungan lebih daripada pipa air yang tahan lama. Hal ini
menuntut orientasi pertumbuhan ekonomi yang disesuaikan dampaknya terhadap
lingkungan.
6.
Substitusi
Berbagai
sumber daya banyak yang tidak terpulihkan, dalam hal ini teknologi dipaksa
untuk menemukan substitusi bahan, materi, atau mineral tersebut.
7.
Penghindaran Manipulasi Selera Konsumen
Konsumen
seringkali menjadi korban perkembangan teknologi yang sepintas lalu canggih,
memenuhi selera kemewahan dan kemudahan, tapi merangsang pola konsumsi yang
berlebihan dan akhirnya memacu terbentuknya limbah. Gerakan konsumen hijau
sebagai salah satu upaya menghadapi hal ini bertindak menolak produk yang
merusak lingkungan.
8.
Pengorientasian Teknologi pada Rakyat Banyak
Tekonologi
perlu berorientasi kepada rakyat banyak, berbagai upaya sosial dalam
pembangunan industri, pendidikan dan pelatihan, sebagai upaya pengsosialisasian
teknologi.
9.
Penginsentifan Teknologi Lingkungan
Citra
pembangunan dengan teknologi yang bersih adalah dengan memperlakukan limbah
sebagai insentif, perlunya suatu industri pengolahan limbah, sehingga limbah
tidak lagi menjadi pencemar tetapi dapat dimanfaatkan kembali.
B. Pembangunan dengan
Mempertahankan Lingkungan
Pada
bagian berikut dicoba dipaparkan bagaimana usaha manajemen membangun dan
mempertahankan lingkungan, dalam hal ini yang dilakukan oleh perusahaan minyak
dan gas bumi.
Beberapa
usaha diupayakan dalam rangka menghilangkan dampak negatif dan mempertahankan
pembangunan, yang dibuat pada setiap tahap kegiatan.
1.
Operasi Eksplorasi dan Produksi
Sumber-sumber
dampak meliputi: seismik, pengeboran, dan operasi pengumpulan produksi. Operasi
ini mengakibatkan dampak potensial lanjutan: penghilangan vegetasi, kebisingan,
polusi air sehubungan dengan air formasi, kotoran lumpur, limbah konsentrat,
tumpahan minyak karena kebocoran, dan emisi gas.
Usaha manajemen terhadap hal ini adalah sebagai
berikut:
a. Penghilangan Vegetasi
Vegetasi hilang dikarenakan penggundulan lahan untuk
operasi seismik dan pengeboran, konstruksi jalan dan pipa, dan transportasi
minyak mentah.
Penerapan sistem cluster pada beberapa
lokasi pengeboran merupakan salah satu upaya untuk mengekonomiskan penggunaan
lahan, yang akan mengurangi penghilangan vegetasi dan perusakan hutan.
Penerapan teknologi pengeboran langsung bisa
digunakan untuk mengatasi masalah tanah sejak daerah target pengeboran dalam
status terproteksi karena keberadaan sesuatu yang unik di daerah tersebut.
Dalam operasi pengeboran, jika minyak tidak ditemukan,
maka lokasi pengeboran dibatalkan dan dihijaukan kembali.
Dalam pembangunan pipa transportasi sebagai sarana
dipergunakan rel ketimbang truk yang membutuhkan jalan lebih lebar. Sebagai
hasilnya penggundulan hutan bisa dikurangi.
b. Kebisingan
Operasi eksplorasi dan produksi menimbulkan
kebisingan di dalam dan disekitar area. Intensitas yang relatif tinggi dari
kebisingan dapat terjadi pada operasi geothermal selama pengujian produksi.
Karena itu peredam suara telah dipasang pada setiap lokasi geothermal untuk
mengurangi kebisingan akibat operasi.
c. Limbah Air Formasi dan Lumpur Pengeboran
Dalam operasi pengeboran tidak hanya minyak yang
diekstraksi tetapi juga air dari formasi batu. Dalam operasi pengeboran, lumpur
pengeboran atau lumpur kimia digunakan dengan fungsi
untuk stem tekanan formasi dan membantu mengangkat potongan ke
permukaan. Ada dua jenis lumpiur pengeboran: lumpur air dan lumpur minyak.
Lumpur minyak mempunyai pengaruh penting pada lingkungan.
Untuk mencegah polusi, air formasi harus diperlakukan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke air tebuka. Air formasi dikumpulkan pada
kolam tertentu untuk disaring dan dimonitor agar tidak melebihi ambang batas
yang diperbolehkan.
d. Limbah Konsentrat
Limbah konsentrat biasanya terjadi di tanki
penyimpanan minyak mentah. Tanki ini dibersihkan secara teratur, kotora yang
terdapat di bawah tanki kemudian dikumpulkan, dan dibawa ke suatu tempat yang
aman dan jauh dari pemukiman penduduk untuk dibakar.
e. Tumpahan Minyak
Tumpahan minyak dapat terjadi karena kebocoran pipa,
rusaknya segel pipa, adanya hujan akan menyebarkan minyak dan mencemari
lingkungan. Dengan membangun sistem drainase yang dilengkapi alat kendali
pencemaran dapat membantu mencegah hal tersebut.
f. Emisi Gas
Proses produksi minyak mentah menghasilkan gas
sebagai hasil pemisahan gas dari minyak. Gas ini kemudian diproses terlebih
dahulu sebelum dikeluarkan agar memenuhi standar lingkungan.
2. Operasi Pemrosesan Minyak
Sumber
dari dampak operasi pemrosesan minyak mentah menjadi minyak suling "bahan
bakar" meliputi: pembangunan gedung dan proses produksi. Operasi ini
mempunyai dampak potensial yang berakibat pada: penghilangan vegetasi,
kebisingan yang berlebihan, polusi udara karena emisi gas seperti SO2.CO, H2S,
NO2; partikel, hidrokarbon; polusi air karena buangan air limbah yang
mengandung bahan kimia seperti phenol, sulfate, aromatis, minyak, logam berat;
perubahan suhu, pH, konduktivitas, bau dan kontaminasi karena buangan limbah
konsentrat.
Usaha manajemen lingkungan terhadap hal ini adalah
sebagai berikut:
a. Penghilangan Vegetasi
Lahan dimana vegetasi menjadi hilang karena digunduli
untuk pembangunan penyulingan, pabrik, dan fasilitas, yang atas kesemuanya itu
dihijaukan kembali. Dalam area penyulingan pengebunan dilakukan.
b. Kebisingan
Operasi pabrik dan penyulingan juga menghasikan
kebisingan yang berlebihan di dalam dan di sekitar area proses. Ada beberapa
cara untuk mengurangi kebisingan, seperti i solasi pipa dan tabung, penerapan
peredam bunyi, penyesuaian lay-out dan perwatan yang selayaknya terhadap
mesin.
c. Polusi Air
Limbah dari penyulingan mengandung agen polusi
seperti phenol, minyak, sulfida, krom, logam berat, atau polusi yang
menyebabkan gangguan fisik seperti perubahan suhu, pH, konduktivitas, dan bau.
Beberapa limbah dapat terjadi karena kebocoran pipa dan tumpahan minyak. Untuk
mencegah dampak limbah ke perairan terbuka:
* Penangkap
minyak, memisahkan minyak dengan air melalui gravitasi
* Perlakuan
primer dan sekunder untuk proses limbah fisik,kimia, dan biologi
* Bak
penampungan untuk mengurangi kandungan minyak dalam air dan mengembalikan dan
meningkatkan kualitas air, seperti kandungan oksigen, minyak, dan suhu, sebelum
di buang ke perairan terbuka.
* Penggunaan
katalis untuk regenerasi dan pendaurulangan.
d. Polusi Udara
Emisi gas dari penyulingan minyak dibagi dalam tiga
jenis:
* Emisi
senyawa sulfur dan SO2 dari pembakaran minyak pada energi generator dan H2S
dari unit air sour stripper
* Emisi
dari senyawa nitrogen seperti Nox sebagai sampingan dari pembakaran minyak
* Emisi
hidrokarbon dari evaporasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak mentah
juga dalam tanki penyimpanan pada berbagai tahap operasi penyulingan
* Emisi gas dan
hidrokarbon dalam partikel dikurangi dengan menggunakan tanki floating
roof. Penggunaan jenis ini dapat mengurangi emisi hidrokarbon 5%
ketimbang fixed roof. Karena jenis ini hampir menghilangkan ruang
evaporasi.
e. Limbah Konsentrat
Proses penyulingan limbah pada dasarnya dilakukan
untuk menjaga lingkungan dari kemungkinan penurunan kualitas lingkungan. Penyulingan
limbah konsentrat ada dalam bentuk oily sludge, activated
sludge, drum kimia, office refuse, dan lain-lainnya.
3. Operasi Pemasaran dan Penyediaan Domestik
Dampak
yang potensial adalah penghilangan vegetasi, polusi udara, dan polusi air. Usaha
manajemen lingkungan yang mungkin dilakukan pada operasi ini adalah sebagai
berikut:
a. Penghilangan Vegetasi
Penugasan untuk melakukan penghijauan dan pengebunan
lokasi.
b. Polusi Air
Limbah cair dihasilkan dari
pekerjaan draining saat pembersihan tanki. Manajemen lingkungan untuk
hal ini adalah dengan membangun penangkap minyak.
c. Polusi Udara
Emisi gas terjadi
terjadi ketika hidrokarbon berevaporasi, terutama saat pengisian tanki, usaha
yang dilakukan adalah dengan membuat tanki floating roof.
d. Limbah Konsentrat
Limbah konsentrat dalam bentuk simpanan oily
sludge pada tanki penyimpanan dipindahkan saat pemindahan tanki.
Penanganan selanjutnya adalah dengan menanamnya di lokasi tertentu. Untuk
mencegah pencemaran air tanah, pemonitoran dilakukan atas lokasi operasi.
4. Operasi Pengapalan, Pelabuhan, dan Komunikasi
Sumber
dampaknya adalah dari operasi kapal tanki. Dampak potensial terutama adalah
polusi air dari tumpahan minyak dan kecelakaan tanki. Usaha manajemen adalah
dengan memasang alat pencegahan polusi pada tanki, seperti pemisah minyak air,
tanki slops, pengawasan pembuangan minyak, dan lain sebagainya.
Simpulan
Aktivitas pembangunan secara
umum dapat menimbulkan dampak pada lingkungan. Dampak ini bisa positif atau pun
negatif. Dampak positif akan menguntungkan pembangunan nasional, sementara
dampak negatif menimbulkan resiko bagi lingkungan. Dampak negatif tersebut
dapat dikategorikan menjadi fisik dan non-fisik termasuk sosio-ekonomi.
Manajemen lingkungan yang
terpadu terhadap penanggulangan dampak lingkungan dari aktivitas pembangunan
merupakan upaya untuk mencegah dan atau mengurangi dampak negatif yang timbul.
Di masa datang diharapkan
tumbuhnya kesadaran dari setiap individu terhadap lingkungan dalam melaksanakan
aktivitas pembangunan, sehingga lingkungan atau sumber daya dapat dimanfaatkan
dan dijaga dengan sebaik-baiknya bagi kemakmuran umat manusia.
0 komentar:
Posting Komentar