Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia harus diantisipasi dan
dipahami oleh berbagai pihak, karena kurikulum sebagai rancangan
pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan
kegiatan pembelajaran, yang akan menentukan proses dan hasil pendidikan.
Sekolah sebagai pelaksana pendidikan berkepentingan dan akan terkena
imbas dalam setiap perubahan kurikulum. Di samping itu, orang tua serta
masyarakat yang “menampung” lulusan, serta birokrat baik di daerah
maupun pusat akan terkena dampak langsung dari perubahan-perubahan
kurikulum itu. Oleh karena itu, perubahan kurikulum ini harus disikapi
secara positif dengan mengkaji dan memahami impelmentasinya di sekolah.
Keberhasilan dari perubahan kurikulum di sekolah juga akan sangat
tergantung pada guru dan kepala sekolah yang dijadikan sebagai kunci
yang menentukan serta menggerakkan berbagai komponen dan dimensi sekolah
lainnya. Keberhasilan implementasi kurikulum ini juga dipengaruhi oleh
kemampuan guru terutaman berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan,
serta tugas yang ia emban. Tidak jarang kegagalan dalam
pengimplementasian kurikulum ini karena kurangnya keterampilan,
pengetahuan, serta kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus
ia laksanakan. Di sisi lain, kelemahan dan hambatan dalam implementasi
kurikulum bersumber pada persepsi yang berbeda di antara
komponen-komponen pelaksana (kepala dinas, pengawas, kepala sekolah, dan
guru), serta kurangnya kemampuan menerjemahkan kurikulum ke dalam
operasi pembelajaran. Kondisi ini antara lain disebabkan karena
pengangkatan mereka dalam posisi tersebut bukan berdasarkan keahlian
untuk mengemban tugas yang dituntut oleh kedudukannya.
Berikut adalah tujuh cara sukses implementasi sebuah kurikulum yang dimodifikasi dari tulisan E. Mulyasa (2004:13).
1) Mensosialisasikan Perubahan Kurikulum
Sosialisasi atas setiap perubahan kurikulum di Indonesia sangatlah
urgen dilakukan pemerintah kepada seluruh warga sekolah, bahkan juga
terhadap siswa dan orang tua. Sosialisasi bisa dilakukan oleh kepala
sekolah apabila ia telah memahami kurikulum tersebut ataupun bisa
mengundak pihak yang telah mengerti tentang kurikulum baru yang akan
diterapkan.
Sosialisasi yang matang akan dapat menunjang kemudahan dalam
memamahami kurikulum yang ditawarkan dan dapat diterapkan secara
optimal. Setelah sosialisasi, pihak sekolah bisa mengadakan rapat untuk
mendapatkan persetujuan bersama komite sekolah dan tenaga kependidikan
agar implementasi kurikulum yang baru dapat terlaksana dengan baik.
2) Menciptakan Lingkungan yang kondusif
Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan
harapan yang tinggi dari sekulurh warga sekolah, kesehatan sekolah,
iklim belajar yang kondusif dapat menjadi faktor pendukung dan
memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran. Iklim belajar
yang kondusif haruslah ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang
menyenangkan; seperti sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan,
penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antar siswa dengan
guru begitu juga sebaliknya, serta penataan organisasi, dan pembelajaran
yang tepat sesuai dengan kemampuan siswa.
3) Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar
Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam
menyukseskan suatu kurikulum ialah seperti laboratorium, pusat sumber
belajar, dan perpustakaan. Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar
dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa.
4) Mengembangkan kemandirian sekolah
Mengembangkan kemandirian sekolah yakni mengembangkan kemandirian
kepala sekolah, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan
menyelaraskan semua sumber daya pendidian yang tersedia serta memberikan
arahan dalam mengimplementasikan kurikulum yang baru. Kemandirian dan
profesionalisme kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran
sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan
bertahap.
5) Mengubah paradigma (pola pikir) guru
Guru perlu diberikan sebuah pelatihan serta penataran khusus mengenai
bagaimana pelaksanaan kurikulum yang baru. Kegiatan ini bisa diadakan
oleh pihak sekolah dengan mengundang ahli pendidikan dan kurikulum
ataupun dilakukan oleh tenaga kependidikan di lingkungan daerahnya
setempat. Hal ini dirasakan perlu karena gurulah yang paling banyak
menghabiskan waktu di kelas selama proses pembelajaran.
6) Memberdayakan tenaga kependidikan
Manajemen tenaga kependiidikan harus ditujukan untuk memberdayakan
tenaga-tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai
hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan di Indonesia sedikitnya
mencakup tujuh kegiatan utama, yaitu perencanaan tenaga kependidikna,
pengadaan tenaga kependidikan, pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan, promosi dan mutasi, pemberhentian tenaga kependidikan,
kompensasi, dan penilaian tenaga kepdndidikan. Semua itu dilakukan
dengan baik dan benar agar apa yang diharakan tercapai, yakni
tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan kualifikasi dan kemampun
yang sesuai serta dapat melaksanakan kerja dengan baik. Oleh karena
itulah pemberdayaan tenaga kependidikan menjadi salah satu faktor
pendukung dalam implementasi kurikulum baru di Indonesia.
Menurut Mulyasa (dalam modul PJJ PGSD http://pjjpgsd.dikti.go.id) pada umumnya perubahan kurikulum terkait dengan komponen-komponennya, yakni:
- Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat dan falsafah bangsa. Tanpa tujuan yang jelas, tidakaakan membawa perubahan yang berarti, dan tidak ada petunjuk ke mana pendidikan diarahkan.
- Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran-mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran. Perubahan ini dapat menyangkut isi mata pelajaran, aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus diberikan kepada anak, juga organisasi atau pendekatan dari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut. Apakah diajarkan secara terpisah-pisah (subject matter curriculum), apakah lebih mengutamakan kegiatan dan pengalaman anak (activity curriculum) atau diadakan pendekatan interdisipliner (correlated curriculum) atau dilihat proporsinya masing-masing jenis ; mana yang termasuk pendidikan umum, pendidikan keahlian, pendidikan akademik dan lain-lain.
- Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar.
- Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas dan kuantitas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.
- Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu sistem dari kurikulum.
*TulisanPendidikan
0 komentar:
Posting Komentar