Disfusi dan Osmosis
Sel Darah Merah (Eritrosit) pada Hewan
Sel Darah Merah (Eritrosit) Vertebrata
Eritrosit secara umum terdiri
dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang
mengandung gugus heme, dimana dalam
golongan heme tersebut, atom besi
akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen
ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat
membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk
buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir
keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang
terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot.
Warna dari eritrosit berasal dari
gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna
kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada
oksigen, eritrosit akan berwarna merah terang dan ketika oksigen dilepas maka
warna erirosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna
kebiru-biruan pada pembuluh
darah dan kulit. Metode tekanan
oksimetri mendapat keuntungan dari perubahan warna ini dengan mengukur
kejenuhan oksigen pada darah arterial
dengan memakai teknik kolorimetri.
Pengurangan jumlah oksigen yang
membawa protein di beberapa sel tertentu (daripada larut dalam cairan tubuh)
adalah satu tahap penting dalam evolusi makhluk hidup bertulang belakang
(vertebratae). Proses ini menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang memiliki
viskositas rendah, dengan kadar oksigen yang tinggi, dan difusi oksigen yang lebih baik dari
sel darah ke jaringan tubuh. Ukuran eritrosit berbeda-beda pada tiap spesies vertebrata. Lebar eritrosit kurang
lebih 25% lebih besar daripada diameter pembuluh kapiler dan telah disimpulkan
bahwa hal ini meningkatkan pertukaran oksigen dari eritrosit dan jaringan
tubuh.
Vertebrata yang diketahui tidak
memiliki eritrosit adalah ikan dari familia Channichthyidae. Ikan
dari familia Channichtyidae hidup di lingkungan air dingin yang mengandung
kadar oksigen yang tinggi dan oksigen secara bebas terlarut dalam darah
mereka..[5] Walaupun mereka tidak memakai hemoglobin lagi, sisa-sisa
hemoglobin dapat ditemui di genom mereka.
Sel Darah
Merah (Eritrosit)
Mamalia
Difusi adalah peristiwa
mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan
konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan
terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai
keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi
walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada
cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari
cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi
molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan
(layer) molekul yang diam dari solid atau fluida.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
· Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel,
semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak kecepatan difusi semakin
tinggi.
· Ketebalan membran. Semakin tebal membran,
semakin lambat kecepatan difusi.
· Luas suatu area. Semakin besar luas area,
semakin cepat kecepatan difusinya.
· Jarak. Semakin besar jarak antara dua
konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
· Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan
energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan
difusinya.
Osmosis adalah perpindahan
air melalui membran permeabel
selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran
semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut,
yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan
pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi
yang lebih encer. Gaya
per unit luas yang
dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel
selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding
dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan
sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat
terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena
fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan
ke luar sel.
Sel Darah Merah (Eritrosit) pada Hewan
Sel
darah merah, eritrosit
(en : red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan
berfungsi membawa oksigen ke
jaringan-jaringan tubuh lewat darah
dalam hewan bertulang
belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang
dapat mengikat oksigen. Hemoglobin
akan mengambil oksigen dari paru-paru
dan insang, dan oksigen akan
dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah
sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya
adalah zat besi. Pada manusia, sel
darah merah dibuat di sumsum
tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah
tidak terdapat nukleus. Sel darah
merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Sel darah
merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti
selubung/sel).
Konsentrasi sel darah merah manusia lebih pekat daripada sel darah merah
katak. Konsentrasi di sini maksudnya adalah konsentrasi garam (kandungan garam)
yang terdapat pada masing-masing sel dan plasmanya. Sel darah merah manusia
yang diamati diletakan pada larutan NaCl 0,9% yang berperan sebagai larutan
isotonis. Hal ini berarti bahwa sel darah merah manusia pun memiliki
konsentrasi garam yang sama dengan larutan di NaCl 0,9%. Disisi lain, larutan
isotonis bagi sel darah merah katak adalah larutan NaCl 0,6%.
Perbedaan lain yang cukup mencolok dari sel darah merah manusia dan katak
adalah ada dan tidaknya inti sel. Berdasarkan Tobin (2005), para peneliti
memiliki beberapa dugaan tentang mengapa sel darah merah manusia tidak memiliki
initi sel. Salah satu hipotesis mereka adalah bahwa hilangnya inti sel membuat
sel darah merah tersebut memiliki ruang lebih bagi hemoglobin, dan karenanya
dapat memaksimalkan kemampuan mereka untuk mengikat molekul oksigen. Selain
itu, penjelasan lain dari tidak adanya inti sel pada sel darah merah manusia
adalah bahwa ketiadaan nukleus membuat sel tersebut lebih fleksibel, sehingga
mereka dapat melewati jalur-jalur yang sempit pada kapiler darah. Lalu, mengapa
sel darah merah katak memiliki inti sel? Mungkin hal ini dikarenakan oksigen
yang dibutuhkan oleh katak tidak hanya diikat oleh sel darah merah di
paru-paru, melainkan juga dari oksigen yang berdifusi melewati kulit mereka.
Oleh karena itu, sel darah mereka tidak memerlukan adaptasi seperti manusia
atau mamamlia lain untuk memaksimalkan pengikatan oksigen oleh sel darah merah.
Sel Darah Merah (Eritrosit) Vertebrata
Eritrosit secara umum terdiri
dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang
mengandung gugus heme, dimana dalam
golongan heme tersebut, atom besi
akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen
ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat
membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk
buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir
keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang
terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot.
Warna dari eritrosit berasal dari
gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna
kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada
oksigen, eritrosit akan berwarna merah terang dan ketika oksigen dilepas maka
warna erirosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna
kebiru-biruan pada pembuluh
darah dan kulit. Metode tekanan
oksimetri mendapat keuntungan dari perubahan warna ini dengan mengukur
kejenuhan oksigen pada darah arterial
dengan memakai teknik kolorimetri.
Pengurangan jumlah oksigen yang
membawa protein di beberapa sel tertentu (daripada larut dalam cairan tubuh)
adalah satu tahap penting dalam evolusi makhluk hidup bertulang belakang
(vertebratae). Proses ini menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang memiliki
viskositas rendah, dengan kadar oksigen yang tinggi, dan difusi oksigen yang lebih baik dari
sel darah ke jaringan tubuh. Ukuran eritrosit berbeda-beda pada tiap spesies vertebrata. Lebar eritrosit kurang
lebih 25% lebih besar daripada diameter pembuluh kapiler dan telah disimpulkan
bahwa hal ini meningkatkan pertukaran oksigen dari eritrosit dan jaringan
tubuh.
Vertebrata yang diketahui tidak
memiliki eritrosit adalah ikan dari familia Channichthyidae. Ikan
dari familia Channichtyidae hidup di lingkungan air dingin yang mengandung
kadar oksigen yang tinggi dan oksigen secara bebas terlarut dalam darah
mereka..[5] Walaupun mereka tidak memakai hemoglobin lagi, sisa-sisa
hemoglobin dapat ditemui di genom mereka.
Sel Darah
Merah (Eritrosit)
Mamalia
Pada awal pembentukannya, eritrosit
mamalia memiliki nuklei, tapi
nuklei tersebut akan perlahan-lahan menghilang karena tekanan saat eritrosit
menjadi dewasa untuk memberikan ruangan kepada hemoglobin. Eritrosit mamalia juga
kehilangan organel sel lainnya seperti mitokondria. Maka, eritrosit
tidak pernah memakai oksigen yang mereka antarkan, tetapi cenderung
menghasilkan pembawa energi ATP lewat
proses fermentasi yang diadakan
dengan proses glikolisis pada glukosa yang diikuti pembuatan asam laktat. Lebih lanjut lagi
bahwa eritrosit tidak memiliki reseptor
insulin dan pengambilan glukosa pada eritrosit tidak dikontrol oleh insulin. Karena tidak adanya nuklei
dan organel lainnya, eritrosit dewasa tidak mengandung DNA dan tidak dapat mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit tidak
bisa membelah atau memperbaiki diri mereka sendiri.
Eritrosit mamalia berbentuk kepingan
bikonkaf yang diratakan dan diberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan
bentuk seperti "barbel" jika dilihat secara melintang. Bentuk ini
(setelah nuklei dan organelnya dihilangkan) akan mengoptimisasi sel dalam
proses pertukaran oksigen dengan jaringan tubuh di sekitarnya. Bentuk sel
sangat fleksibel sehingga muat ketika masuk ke dalam pembuluh kapiler yang kecil.
Eritrosit biasanya berbentuk bundar, kecuali pada eritrosit di keluarga Camelidae (unta), yang berbentuk
oval.
Pada jaringan darah yang besar, eritrosit
terkadang muncul dalam tumpukan, tersusun bersampingan. Formasi ini biasa
disebut roleaux formation, dan akan muncul lebih banyak ketika tingkat
serum protein dinaikkan, seperti
contoh ketika peradangan terjadi.
Limpa
berperan sebagai waduk eritrosit, tapi hal ini dibatasi dalam tubuh manusia. Di
beberapa hewan mamalia, seperti anjing dan kuda, limpa mengurangi eritrosit dalam
jumlah besar, yang akan dibuang pada keadaan bertekanan, dimana proses ini akan
menghasilkan kapasitas transpor oksigen yang tinggi.
Pencernaan Enzimatis
Protein,
lemak
dan polisakarida
yang merupakan senyawa organik dasar yang ditemukan pada makanan, akan
mengalami pencernaan kimiawi untuk mengiris bentuk polimer senyawa
tersebut menjadi bentuk monomer, sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi atau bahan
baku untuk sintesis molekul lain.
Tahap pertama pemecahan molekul nutrisi merupakan
reaksi enzimatik ekstraselular yang dilakukan pada saluran pencernaan di luar sel, dan
reaksi enzimatik intraselular yang terjadi di dalam organel khusus,
yang disebut lisosom.
Protein akan dicerna menjadi asam amino, polisakarida menjadi glukosa, lemak
menjadi asam
lemak dan gliserol.
Setelah itu, masing-masing monomer akan diserap ke dalam sitosol untuk
memulai proses oksidasi.
Tahap kedua adalah 10 jenjang reaksi dalam proses glikolisis
yang terjadi di dalam sitosol, termasuk pada mikroorganisme
anaerob yang
tidak mendayagunakan O2 sebagai salah satu energi penopang. Proses
glikolisis terlebih dahulu mengkonversi setiap polimer glukosa menjadi
senyawa metabolit
yang kemudian diiris menjadi bentuk monomer dengan 6 atom karbon, lalu diiris
lebih lanjut menjadi dua molekul yang lebih kecil berupa asam
piruvat dengan masing-masing 3 atom karbon.
Untuk setiap monomer glukosa yang teriris, dua molekul ATP akan mengalami hidrolisis
sebagai energi pemicu reaksi, namun empat molekul ATP akan terbentuk pada akhir
reaksi. Dua elektron akan terlepas dari gugus aldehid senyawa intermediat
glukosa dengan 3 atom, gliseraldehid 3-fosfat,
oleh oksidasi
senyawa NAD+ yang menghasilkan
dua molekul NADH, menjadi asam 3-fosfogliserat,
lalu menjadi asam piruvat. Asam piruvat kemudian diserap dari sitosol ke dalam mitokondria.
Tahap 3 merupakan reaksi katabolisme oksidasi yang terjadi di
dalam mitokondria. Sebelum memasuki siklus asam sitrat, asam
piruvat terlebih dahulu dioksidasi oleh enzim kompleks
dehidrogenase piruvat menjadi CO2
dan dua gugus asetil. Kedua gugus asetil tersebut
akan dioksidasi oleh 1 molekul FAD menghasilkan FADH. FADH lalu mendonorkan dua
elektronnya ke dua molekul NAD+ sehingga terbentuk dua molekul NADH
dan satu FAD. Reaksi ini disebut reaksi oksidasi asam piruvat.
Dua gugus asetil yang telah teroksidasi kemudian bereaksi
dengan dua koenzim
A, menghasilkan dua molekul asetil-KoA.
Masing-masing asetil-KoA akan bereaksi dengan satu molekul H2O,
melepaskan gugus koenzim-A dan masuk ke siklus asam sitrat dengan
mendonorkan dua atom yang tersisa ke senyawa asam oksaloasetat. Setil-KoA
juga dihasilkan dari oksidasi asam lemak dan asam amino
di dalam mitokondria. Satu periode siklus asam sitrat memproduksi 3 molekul
NADH, 1 molekul FADH2
dan 1 molekul GTP. Siklus asam
sitrat juga menghasilkan asam oksaloasetat dan asam ketoglutarat-alfa
yang dilepaskan mitokondria kembali ke dalam sitosol sebagai prekursor sintesis
senyawa lain lain seperti asam amino dalam proses anabolisme.
NADH dan FADH2 akan mengusung dan melepaskan elektron ke rantai transpor
elektron pada membran mitokondria bagian dalam. Elektron yang terlepas akan
menarik ion H+
dari sitosol mendekati ke arah membran mitokondria bagian luar. Daya tarik
antara keduanya akan berfungsi sebagai energi seperti baterai yang
digunakan, antara lain, bagi GTP untuk mendonorkan gugus fosfatnya ke ADP dan menghasilkan ATP melalui proses fosforilasi oksidatif, yang mengkonsumsi
molekul O2
dan lambat laun menghasilkan H2O oleh karena reaksi kemiosmosis.
Melalui sintesis ATP, energi yang didapat dari pengirisan
glukosa dan asam lemak didistribusikan kembali sebagai paket energi kimiawi
untuk digunakan di bagian sel yang lain. Paling tidak sekitar setengah dari
keseluruhan energi yang didapat dari konversi global glukosa dan asam lemak
menjadi H2O
dan CO2 digunakan untuk menggerak reaksi Pi + ADP → ATP. Sisa
energi akan dilepaskan sel dalam bentuk panas agar tubuh menjadi hangat.
Sensoris (indra pengecap)
Lidah mempunyai
reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ
yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang
banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap.
Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan
seperti rambut.
Permukaan atas
lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit,
dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada paritparit papila bentuk
dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila
berbentuk benang.
Indera pengecap sangat penting bagi kelangsungan hidup hewan.
Pada umunya pada hewan yang memiliki alat penciuman yang kurang tajam, kurang
berkembang pula alat pengecapnya. Pada ikan dan amphibi ditemukan alat pengecap
pada kulitnya. Pada jenis ikan tertentu indera pengecap terdapat pada moncong
bagian bawah. Selain pada hewan-hewan vertebrata, alat kecap ini juga terdapat
pada invertebrate seperti Hydra, walaupun belum mempunyai putting pengecap.
Kecepatan Respirasi pada Ikan
Insang dimiliki oleh jenis ikan
(pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan
selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air, sedangkan
bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran
insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak
lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki
banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2 berdifusi
keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang
disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak
ditutupi oleh operkulum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai
alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam,
penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan
mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur.
Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi
yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan
ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai
gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Mekanisme pernapasan pada ikan
melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari
air masuk ke dalam insang kemudian 02 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke
jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, C02 yang
dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang
diekskresikan keluar tubuh.
Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak
pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang
hidupnya adalah salamander. Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda
bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot
tubuh. pada
ikan, laju konsumsi oksigennya adalah 0,0971 ml/gr/jam, laju konsumsi oksigen
ikan mas (Ciprinus carpio) adalah sebesar 0,14
ml/gr/jam saat inaktif, dan 0,255 ml/gr saat aktif.
0 komentar:
Posting Komentar