Rumôh Atjeh |
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni.
Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan
sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya
adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra
yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang
memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
"individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang
brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai
perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Aceh
merupakan salah satu wilayah di Indonesia
yang memiliki aneka ragam budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian,
kerajinan, perayaan dan lain sebagainya. Maka dari itu ini penulis akan sedikit
membahas tentang kebudayaan di Aceh yang merupakan provinsi paling barat dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Aceh yang
sebelumnya pernah disebut dengan nama Daerah Istimewa Aceh (1959-2001) dan Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009) adalah sebuah provinsi
di Indonesia dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia.
Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri, berbeda dengan kebanyakan
provinsi lain di Indonesia, karena alasan sejarah. Daerah ini berbatasan dengan Teluk
Benggala di sebelah utara, Samudra
Hindia di sebelah barat, Selat Malaka
di sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan
selatan.
Ibu kota
Aceh ialah Banda Aceh.
Pelabuhannya adalah Malahayati-Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe
dan Langsa.
Aceh merupakan kawasan yang paling buruk dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004.
Beberapa tempat di pesisir pantai musnah sama sekali. Yang terberat adalah Banda Aceh,
Aceh Besar,
Aceh Jaya,
Aceh Barat,
Singkil
dan Simeulue.
Aceh mempunyai kekayaan sumber alam seperti minyak bumi
dan gas alam.
Sumber alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh Timur.
Aceh juga terkenal dengan sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan,
dari Kutacane,
Aceh Tenggara,
Seulawah,
Aceh Besar,
sampai Ulu Masen di Aceh Jaya.
Sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) juga
terdapat di Aceh Tenggara.
Bahasa
Propinsi Aceh memiliki 13 buah bahasa asli yaitu bahasa Aceh,
Tamiang,
Gayo,
Alas,
Kluet,
Singkil,
Pakpak,
Jamee,
Sigulai,
Lekon,
Devayan,
Haloban
dan Nias.
Suku Bangsa
Suku bangsa yang terdapat di Provinsi adalah Aceh,
Tamiang,
Gayo,
Alas,
Kluet,
Singkil,
Pakpak,
Aneuk Jamee, Sigulai,
Lekon,
Devayan,
Haloban
dan Nias.
Agama
Sebagian besar penduduk di Aceh menganut agama Islam. Dari ke 13 suku
asli yang ada di Aceh hanya suku Nias yang tidak semuanya memeluk agama
Islam. Agama lain yang dianut oleh penduduk di Aceh adalah agama Kristen
yang dianut oleh pendatang suku Batak dan sebagian warga keturunan Cina yang kebanyakan
bersuku Hakka.
Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut agama Konghucu.
Selain itu provinsi Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan
dengan provinsi yang lain, karena di provinsi ini Syariat Islam
diberlakukan kepada sebagian besar warganya yang menganut agama Islam.
Tarian
Provinsi Aceh yang memiliki setidaknya 10 suku bangsa,
memiliki kekayaan tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan.
Beberapa tarian yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan
tarian yang berasal dari Aceh. Adapun beberapa tari-tarian yang terkenal dari
Aceh adalah sebagai berikut :
a. Tari Rateb Meuseukat
Tari Ratéb Meuseukat
merupakan salah satu tarian Aceh yang berasal dari Aceh. Nama Ratéb Meuseukat
berasal dari bahasa Arab yaitu ratéb asal kata ratib
artinya ibadat dan meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.
Diberitakan bahwa tari Ratéb Meuseukat ini diciptakan gerak
dan gayanya oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya),
sedangkan syair
atau ratéb-nya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada
abad ke XIX. Isi dan kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian
kepada Allah
dan sanjungan kepada Nabi,
dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat Aceh. Tari
ini banyak berkembang di Meudang Ara Rumoh Baro di kabupaten Aceh Barat
Daya.
Pada mulanya Ratéb Meuseukat dimainkan sesudah selesai
mengaji pelajaran agama
malam hari, dan juga hal ini tidak terlepas sebagai media dakwah.
Permainannya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri. Pada akhirnya juga
permainan Ratéb Meuseukat itu dipertunjukkan juga pada upacara agama dan
hari-hari besar, upacara perkawinan dan lain-lainnya yang tidak bertentangan
dengan agama.
Saat ini, tari ini merupakan tari yang paling terkenal di Indonesia.
Hal ini dikarenakan keindahan, kedinamisan dan kecepatan gerakannya. Tari ini
sangat sering disalahartikan sebagai tari Saman
milik suku Gayo.
Padahal antara kedua tari ini terdapat perbedaan yang sangat jelas. Perbedaan
utama antara tari Ratéb Meuseukat dengan tari Saman ada 3 yaitu, pertama tari
Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Ratéb Meuseukat
menggunakan bahasa Aceh. Kedua, tari Saman dibawakan oleh
laki-laki, sedangkan tari Ratéb Meuseukat dibawakan oleh perempuan. Ketiga,
tari Saman tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan tari Ratéb Meuseukat diiringi oleh alat
musik, yaitu rapa’i dan geundrang.
b. Tari Saman
Tari Saman
adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk
merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman
mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo.
Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nama tarian
"Saman" diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, Syeh Saman.
Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan
(dakwah).
Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan
dan kebersamaan. Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan,
tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat
setempat (keketar) atau nasehat-nasehat yang berguna kepada para pemain dan
penonton. Lagu
dan syair
pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria
yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat
juga dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan
(dua grup). Penilaian ditititk beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam
mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.
Pada umumnya, Tarian saman dimainkan oleh belasan atau
puluhan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Pendapat Lain mengatakan
Tarian ini ditarikan kurang lebih dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2
orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, dalam perkembangan di
era modern yang menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila
ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk mengatur berbagai
gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut syeikh. Selain mengatur
gerakan para penari,Syeikh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman.
yaitu ganit.
c. Tari Seudati
Tari Seudati
adalah nama tarian yang berasal dari provinsi Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat,
yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad
utusan Allah.
Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance
atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh
untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang
pada zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini diperbolehkan kembali dan
menjadi Kesenian Nasional Indonesia.
d. Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo
adalah tari yang berasal dari Aceh. Tarian ini lahir sekitar tahun 1849, diciptakan oleh
seorang ulama
tua berasal dari Arab
yang hanyut di laut dan terdampar di Pulo Aceh. Tari ini
diadakan sesudah menanam padi atau sesudah panen padi, biasanya pertunjukan
dilangsungkan pada malam hari bahkan jika tarian dipertandingkan dapat berjalan
semalam suntuk sampai pagi. Tarian dimainkan dengan posisi duduk bersimpuh,
berbanjar, atau bahu membahu.
Seorang pemain utama yang disebut cèh berada di
tengah-tengah pemain. Dua orang penabuh rapa'i berada di
belakang atau sisi kiri dan kanan pemain. Sedangkan gerak tari hanya
memfungsikan anggota tubuh bagian atas, badan, tangan, dan kepala. Gerakan
tari pada prinsipnya ialah gerakan oleh tubuh, keterampilan,
keseragaman atau kesetaraan dengan memfungsikan tangan sama-sama ke depan, ke
samping kiri atau kanan, ke atas, dan melingkar dari depan ke belakang, dengan
tempo mula lambat hingga cepat.
Rumah Adat/Tradisional
Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini
bertipe rumah panggung dengan 3
bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë
keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë
likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh
dapu (rumah dapur).
Senjata Tradisional
Rencong
(reuncong) adalah senjata
tradisional Aceh. Bentuk Rencong
berbentuk kalimat bismillah,
gagangnya yang melekuk kemudian menebal pada sikunya merupakan aksara Arab Ba, bujuran gagangnya merupaka aksara Sin, bentuk lancip yang menurun kebawah
pada pangkal besi dekat dengan gagangnya merupakan aksara Mim, lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakan
aksara Lam, ujung yang meruncing
dengan dataran sebelah atas mendatar dan bagian bawah yang sedikit keatas
merupakan aksara Ha.
Rangkain dari aksara Ba, Sin, Lam,
dan Ha itulah yang mewujudkan kalimat
Bismillah. Jadi pandai besi yang
pertama kali membuat rencong, selain pandai maqrifat besi juga memiliki ilmu
kaligrafi yang tinggi. Oleh karena itu , rencong tidak digunakan untuk hal-hal
kecil yang tidak penting, apalagi untuk berbuat keji, tetapi rencong hanya
digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan berperang dijalan
Allah.
Rencong memiliki kemiripan rupa dengan keris. Panjang mata pisau rencong dapat
bervariasi dari 10 cm
sampai 50 cm. Mata pisau tersebut
dapat berlengkung seperti keris, namun dalam banyak rencong, dapat juga lurus
seperti pedang.
Rencong dimasukkan ke dalam sarung belati yang terbuat
dari kayu,
gading,
tanduk,
atau terkadang logam perak
atau emas.
Dalam pembawaan, rencong diselipkan di antara sabuk di depan perut pemakai.
Rencong memiliki tingkatan; untuk raja atau sultan biasanya
sarungnya terbuat dari gading dan mata pisaunya dari emas dan berukirkan
sekutip ayat suci dari Alquran
agama
Islam.
Sedangkan rencong-rencong lainnya biasanya terbuat dari tanduk kerbau ataupun kayu sebagai sarungnya,
dan kuningan
atau besi putih sebagai
belatinya.
Seperti kepercayaan keris dalam masyarakat Jawa, masyarakat
tradisional Aceh menghubungkan kekuatan mistik dengan senjata rencong. Rencong
masih digunakan dan dipakai sebagai atribut busana dalam upacara tradisional Aceh.
Masyarakat Aceh mempercayai bahwa bentuk dari rencong mewakili simbol dari basmalah
dari kepercayaan agama Islam.
Rencong begitu populer di masyarakat Aceh sehingga Aceh juga
dikenal dengan sebutan "Tanah Rencong".
Selain rencong, bangsa Aceh juga memiliki beberapa senjata
khas lainnya, seperti siwah, geuliwang dan peudeueng.
Makanan Khas
Berikut beberapa jenis makanan khas di Provinsi Aceh :
1. Timphan
Timphan adalah
kue/hidangan khas Aceh disaat lebaran/hari raya baik hari raya Idul fitri
maupun Idul Adha, Timphan ini dibuat 1 atau 2 hari sebelum lebaran dan daya
tahannya bisa mencapai lebih kurang seminggu,Timphan adalah menu hidangan utama
buat tamu yang berkunjung kerumah saat lebaran. Bagi orang Aceh baik yang
berada di Aceh sampai seluruh dunia tiada yang tidak mengenal nama kue/adonan
yang satu ini,karena sudah menjadi tradisi turun temurun dan rahasia umum di
Aceh bahwa yang namanya Timphan setiap ibu-ibu atau wanita di Aceh bisa
membuatnya.
Timphan yang merupakan makanan lembek berbalut daun pisang
muda ini yang paling terkenal adalah Timphan rasa srikaya. Sebelum menjelang
lebaran bisanya ibu-ibu sudah menyiapkan daun pisang muda baik memetik di kebun
atau beli dipasar. Saking terkenalnya Timphan ini di Aceh, sehingga banyak
ungkapan/pribahasa dengan kata Timphan diantaranya yaitu “Uroe goet buluen goet
Timphan ma peugoet beumeuteme rasa” ( Hari baik bulan baik Timphan ibu buat
harus dapat kurasakan).
2. Gulai Plik U
Gulai Plik U merupakan salah satu jenis masakan yang terkenal di Aceh.
Aroma dan rasanya sangat menggugah selera setiap orang yang mencicipinya. Bahan
dasar yang digunakan untuk membuat gulai Plik U ini adalah dari Kelapa yang
telah dibusukkan dan kemudian dijemur hingga berwarna kecokelatan. Di samping
itu, masih banyak bumbu-bumbu dan sayur-sayuran yang merupakan pelengkap gulai
Plik U. Plik U dapat ditemui di seluruh penjuru Aceh.
Setiap daerah di Aceh memiliki cara yang berbeda dalam memasak gulai Plik
U, begitu juga dengan jenis sayur-sayuran yang digunakan. Akan tetapi,
kebanyakan orang Aceh Besar memilih daun Melinjo, buah Melinjo muda, Nangka
muda, Pepaya muda, daun Pakis, Kacang Panjang, Jantung Pisang dan daun Jeruk.
Selain itu, berbagai macam bumbu pelezat juga digunakan, seperti: cabe rawit,
bawang putih, bawang merah, jahe, ketumbar, dll. Kemudian, Bumbu-bumbu tersebut
digiling halus dan dimasukkan ke dalam wajan. Selanjutnya, sayur-sayuran yang
telah dirajang juga dimasukkan ke dalam wajan, kemudian ditambah Santan dan
Plik U serta Garam. Orang Aceh Besar juga menambahkan Siput sebagai pelengkap
dan pelezat. Kuah Plik U ini dimasak sekitar dimasak sekitar 15 menit di atas
api sedang.
3. Bhoi
Kue
Bhoi adalah penganan khas Aceh Besar yang dikenal luas oleh masyarakat Aceh.
Bentuk kue ini sangat bervariasi, seperti; bentuk ikan, bintang, bunga, dan
lain-lain. Kue Bhoi ini dapat menjadikan salah satu buah tangan ketika akan
berkunjung ke sanak saudara atau tetangga yang mengadakan hajatan atau pesta,
seperti sunatan dan kelahiran.
Kue Bhoi juga dijadikan sebagai salah satu isi dari
bingkisan seserahan yang dibawa oleh calon pengantin pria untuk calon pengantin
perempuan pada saat acara pernikahan. Kue Bhoi
sendiri biasanya diperoleh di pasar-pasar tradisional ataupun dipesan langsung
pada pembuatnya. Proses pembuatan kue Bhoi ini pun tergolong sedikit rumit.
Pasalnya, tidak semua orang bisa membuat kuliner ini dan dibutuhkan kesabaran
serta keuletan.
4. Keukarah
Kue Keukarah ini merupakan kue tradisional Aceh, bentuknya unik seperti
sarang burung, dengan rasanya yang manis dan garing, cocok menjadi oleh-oleh
jika berkunjung kedaerah ini. Alamat Lokasi : Sentra Produksi: Desa
Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Dapat dibeli dipusat
pertokoan Kota Jantho. Cara Menuju Lokasi : Bisa menggunakan kendaraan umum.
Kue Keukarah dibuat dari tepung beras dan di masak dengan cara digoreng. Kue
ini biasanya juga menjadi antaran seserahan bagi mempelai yang menikah.
5. Ikan Masam keueng
Ikan Masam Keueng adalah masakan Aceh dengan kuah yang mempunyai rasa
asam dan pedas. Alamat Lokasi : Dapat dibeli di rumah makan ataupun restoran
didaerah ini, karena setiap rumah makan menyajikan menu masakan ini. Cara
Menuju Lokasi : Bisa menggunakan kendaraan umum, Ikan asam keueng adalah salah
satu masakan Aceh dengan rasa asam dan pedas, rasa asam karena memakai
belimbing wuluh, yaitu buah yang biasanya dipakai untuk memasak
lauk-pauk.
0 komentar:
Posting Komentar