Ini adalah wisata menyusuri rute gerilyawan GAM saat Aceh masih dalam suasana konflik bersenjata. Dipandu langsung mantan gerilyawan.
SEBELUM Perjanjian Helsinki ditandatangani, 15 Agustus 2005, bumi
Serambi Mekkah mungkin salah satu wilayah konflik yang jarang dimasuki
wisatawan. Delapan tahun setelah damai itu diraih, dalam rangka Visit
Aceh Year 2013, Aceh siap menjadi magnet bagi penikmat wisata alam dan
sejarah.
Hutan dan gunung di wilayah Aceh yang dulu menjadi tempat persembunyian
para gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kini beralih fungsi menjadi
area rekreasi yang menawarkan sensasi petualangan. Bahkan, kegiatan
outbound yang disebut Wisata Gerilya ini dipandu langsung oleh para
mantan gerilyawan GAM yang sempat menjadi bagian dari konflik Aceh-RI
selama lebih dari 29 tahun.
Kurang lebih 8 tahun telah berlalu bagi mantan panglima GAM operasi
wilayah Lhoong, Jen dan rekan-rekannya berjuang untuk kemerdekaan Aceh.
Selama 4 tahun ia bersembunyi di hutan di seputar wilayah Lhoong-Aceh
Besar, bersama 60 anggota GAM lainnya.
Setelah perjanjian perdamaian di tahun 2005, 40 anggota GAM yang
bertahan, meninggalkan hutan tempat persembunyian mereka untuk kembali
berkumpul dengan sanak saudara.
Foto: @Dokumen Aceh Explorer Adventure Tours | img: atjehpost |
Menapak kaki mendaki pegunungan di Lhoong, mengingatkan kembali Jen
pada masa-masa perjuangannya dulu, meskipun jalur yang ia telusuri masih
tetap sama namun bedanya kini ia tidak lagi membawa senjata.
Kini Jen dan teman seperjuangannya telah memiliki profesi baru; Pemandu
Wisata. Pendakian gunung dan kemampuan penyelamatan yang pernah
menolongnya dalam pengejaran aparat keamanan (TNI/POLRI) sekarang telah
menjadi potensi untuk bergandengan tangan membawa wisatawan ke dalam
hutan yang sama untuk menikmati keindahan pegunungan beserta flora dan
fauna di dalamnya di Lhoong di bawah payung Aceh Explorer Adventure
Tours.
Aceh Explorer, sebagai pencetus paket wisata gerilya, mempunyai alasan
yang kuat mengapa memilih mantan pejuang GAM dan korban konflik sebagai
pemandu wisata, mereka memiliki banyak keahlian yang dibutuhkan sebagai
seorang pemandu, misalnya; kepemimpinan, disiplin, dan kerja tim serta
teknik penyelamatan diri di hutan.
Menuruni tebing curam di Pudeng, Lhoong, Aceh Besar | Foto: @Dokumen Aceh Explorer Adventure Tours |
Karena mereka telah merasakan kehidupan yang keras di hutan selama
bertahun-tahun, maka pasti bisa mengharapkan mereka untuk menjadi
pemandu menyusuri hutan. Secara langsung mereka mengetahui setiap rute
yang ada di wilayah di mana mereka pernah aktif sebagai kombatan.
Beberapa tahun lalu, mantan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, tersenyum
mendengar usulan unik menjadikan bekas markas GAM sebagai kawasan
wisata. Namun mengingat potensi ekowisata yang ada di Aceh dan
penyediaan lapangan pekerjaan bagi putra daerah maka surat rekomendasi
pun diberikannya untuk memulai program paket Wisata Gerilya tersebut.
Bermodalkan surat rekomendasi tersebut, Aceh Explorer memulai programnya
dengan mengunjungi beberapa kampung dan dengan cepat berhasil mengajak
15 mantan kombatan. Hingga kini telah bergabung sekitar 50 pemandu
wisata di dalam Aceh Explorer dan sebagian besar adalah mantan pejuang
GAM. Pada bulan Agustus 2012 Gubernur baru Zaini Abdullah juga telah
memperbaharui surat rekomendasi tersebut demi kelancaran dan kelanjutan
pelaksanaan program Wisata Gerilya.
Unik
Wisata gerilya merupakan hal baru yang unik yang di Indonesia hanya
dapat ditemukan di Aceh. Oleh karena itu Aceh Explorer telah
mengembangkan Wisata Gerilya di lokasi-lokasi tertentu di Aceh.
Meski mengalami luka dan pilu, para mantan pengikut GAM seperti Dede dan
Doen tidak menyimpan dendam. ”Kami telah mengubur masa lalu kami. Kami
bersyukur kedamaian di Tanah Rencong telah tercipta. Kami berharap
Wisata Gerilya yang menjadi mata pencaharian kami sekarang bisa
berkembang,“ kata Juni.
Minum dari dari akar pohon di Pucok Krueng, Aceh Besar | Foto: @Dokumen Aceh Explorer Adventure Tours | img:atjehpost |
Aceh Explorer Adventure Tours sangat optimis bahwa Wisata Gerilya di
Aceh akan berkembang pesat layaknya di Vietnam. Dukungan dari pemerintah
daerah dan pusat adalah modal utama dalam upaya mengembangkan konsep
Wisata Gerilya. Dimulai oleh Reuters di tahun 2008, bagaikan gelindingan
bola salju, puluhan media internasional lain juga telah berminat untuk
mengikuti dan telah meliput paket wisata ini.
Promosi terus berlanjut melalui jejaring sosial (lihat: Facebook Jelajah
Aceh), yang memperlihatkan banyaknya minat pengunjung dan tanggapan
positif terhadap tour Wisata Gerilya yang telah berjalan 5 tahun dan
berkembang ke beberapa lokasi di Aceh. Aceh juga telah menjadi contoh
bagi negara lain yang juga sedang dalam masa pulih dari konflik seperti
El Savador yang memulai Wisata Gerilya di tahun 2009 dan Nepal di tahun
2012.
Wisata Gerilya di beberapa wilayah di Aceh tidak kalah menarik dibanding
wisata pantai Aceh atau scuba diving yang sudah terlebih dahulu
terkenal. Potensi alam Aceh sangat mendukung Wisata Gerilya, selama
dipahami secara positif, Wisata Gerilya tidak akan berkesan negatif.
Dokumen Aceh Explorer Adventure Tours | Mantan GAM memandu wisatwan asing |
Poin penting dari konsep Wisata Gerilya adalah pemberdayaan bagi ribuan
mantan anggota GAM yang membutuhkan lapangan pekerjaan dan masih sulit
mencari pekerjaan.
Menjadi pemandu wisata akan menjadi salah satu jalan keluar karena
mereka melakukannya dengan baik dan sesuai dengan keahlian mereka.
Perubahan profesi mantan anggota GAM menjadi pemandu Wisata Gerilya,
justru akan membuka lebih banyak lapangan kerja baru di wilayah mereka.
Sebab, penyediaan lapangan pekerjaan baru di Aceh masih relatif sulit,
sementara jumlah mantan anggota GAM di Aceh sekitar puluhan ribu orang.
Riel (26), salah satu pemandu yang juga mantan prajurit GAM, mengaku
senang menjalankan profesi barunya. "Saya tak punya banyak kepandaian,
yang paling saya tahu adalah hutan," kata pria asal Aceh Besar itu.
Jen adalah mantan kombatan sebagai Panglima GAM yang beroperasi di
wilayah Lhoong merupakan orang yang pertama bergabung dalam tim Aceh
Explorer sebagai pemandu wisata. “Pasti kita terbayang pada kisah masa
lalu…itulah kehidupan dan sejarah kita.
John Penny, mantan Kepala Uni Eropa di Banda Aceh ikut tour | Foto: @Dokumen Aceh Explorer Adventure Tours |
Suatu hal yang sangat susah dilakukan di gunung. Saya lebih suka
pekerjaan saya yang sekarang ini karena tidak ada percekcokan. Dan saya
bangga sekali memperlihatkan kekayaan hutan kita. Saya mengharapkan agar
dapat melakukan hal ini lebih sering lagi karena saya suka berada di
hutan liar. Hal itu sudah pasti lebih baik dari pada duduk di rumah
tidak melakukan apa-apa”, ujarnya.
Demikian pula dengan para pemandu lainnya yang kelihatan lebih senang dengan perubahan dari pejuang menjadi pemandu wisata.
“Bagi saya ini bukan merupakan hal yang aneh, karena merupakan pekerjaan
yang baik. Saya sendiri senang sekali dapat bekerja bersama dengan
teman-teman sebagai pemandu wisata” ujar Juni.
Mulai kini, di tengah suasana Aceh yang damai, semakin banyak mantan
tentara memandu pelancong menyambangi bekas markas persembunyiannya
ketika konflik berlangsung.
Bagi para pecinta petualangan, Wisata Gerilya menjadi pilihan menarik
karena tantangan yang ditawarkan relatif menguji adrenalin. Tim Aceh
Explorer selalu memberi yang terbaik untuk mendapatkan kesan menarik dan
banyak wisatawan akan berucap; Loen gisa lom u Aceh (saya akan kembali ke Aceh).
Jika memang Anda seorang petualang sejati, Anda harus mencicipi pertualangan yang satu ini.
Mobile: 087747198933
Email : acehexplorer@yahoo.com
Facebook: jelajah Aceh
Twitter: @acehexplorer
Sumber: ACW
0 komentar:
Posting Komentar